Pakar nuklir dari Universitas Gadjah Mada Yudi Utomo menyebutkan terpilihnya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai pusat kolaborasi oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) adalah hal yang baik tapi pemerintah juga perlu mulai mengembangkan sektor energi nuklir.Pemerintah belum memberikan perhatian terhadap pembangkit listrik nuklir,
"Pusat kolaborasi itu sifatnya dunia. Malah bagus, artinya menunjukkan peran kita di tingkat dunia. Selain itu, ada satu bidang yang banyak kita belajar, bahkan orang-orang kita terlibat di tingkat dunia yaitu produk di bidang energi misalnya pembangkit listrik," ujarnya ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, BATAN dipilih oleh IAEA untuk menjadi satu-satunya pusat kolaborasi 2 lingkup kegiatan, yakni uji tak rusak dan pemuliaan tanaman.
Baca juga: Pakar harapkan pemerintah berkomitmen manfaatkan nuklir untuk energi
Berbagai varietas tanaman juga dikembangkan oleh badan tersebut, seperti padi yang punya waktu panen lebih cepat sampai dengan sorgun yang dimodifikasi hingga tahan hama.
Tidak hanya varietas tanaman, beberapa pencapaian non-energi yang dicapai teknologi nuklir Indonesia juga termasuk mampu memproduksi radioisotop yang diperlukan untuk kesehatan. Untuk hal itu, Indonesia termasuk yang memimpin diantara negara-negara Asia, menurut dia.
Baca juga: Kalbar-Batan kerjasama manfaatkan nuklir untuk pertanian dan kesehatan
Yang belum terlalu dikembangkan di Indonesia, ujar dia adalah sektor energi atau dalam bentuk pembangkit listrik. Padahal Indonesia memiliki banyak lulusan teknik nuklir yang akhirnya menggunakan ilmunya di luar negeri.
Hal itu perlu menjadi perhatian pemerintah bagaimana memanfaatkan talenta-talenta teknik nuklir yang ada di Indonesia, lanjunya.
"Pemerintah belum memberikan perhatian terhadap pembangkit listrik nuklir. Sehingga akhirnya mereka dimanfaatkan oleh dunia, bukan negara ini. Mungkin pemerintah khawatir dengan nuklir, padahal orang-orang kita diakui oleh dunia, kan sayang," jelas dia.
Baca juga: BATAN katakan mobil dari energi PLTN ramah lingkungan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019