• Beranda
  • Berita
  • Puluhan rumah transmigran di Nagan Raya Aceh dirusak gajah

Puluhan rumah transmigran di Nagan Raya Aceh dirusak gajah

4 Desember 2019 23:27 WIB
Puluhan rumah transmigran di Nagan Raya Aceh dirusak gajah
Ilustrasi - Seekor gajah melintasi badan jalan di kawasan Desa Alue Kuyun, Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat, Selasa (19/11/2019) petang. (ANTARA/HO)

karena hingga Rabu malam, kawanan gajah masih berada di sekitar lokasi transmigrasi lokal

Puluhan rumah warga di kompleks transmigrasi lokal di Desa Blang Lango, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh dirusak sekelompok gajah liar sejak beberapa hari terakhir.

"Sudah ada puluhan rumah warga yang rusak akibat gangguan gajah di daerah ini," kata Kepala Desa Blang Lango,  Oediyantri, di Suka Makmue, Rabu malam .

Dia menjelaskan sasaran amukan gajah tersebut khusus rumah warga yang sudah dibangun oleh pemerintah di daerah pedalaman, di kawasan itu.

Pihaknya juga belum bisa memastikan berapa banyak rumah yang dirusak oleh kawanan gajah di daerah itu, karena masih dilakukan pendataan oleh aparat desa.

Baca juga: Kemunculan induk-anak gajah sumatera liar hebohkan warga Riau

Akibat gangguan tersebut, sampai saat ini sebagian besar warga transmigrasi lokal terpaksa menetap di kampung lainnya yang jauh dari lokasi transmigrasi. Mereka khawatir dengan amukan gajah dan keselamatan seluruh anggota keluarga.

Selain rumah, kata Oediyantri, tanaman palawija dan kebun warga, seperti kelapa sawit dan pohon pisang juga tidak luput dari sasaran amukan gajah.

"Masyarakat sudah sangat ketakutan, karena hingga Rabu malam, kawanan gajah masih berada di sekitar lokasi transmigrasi lokal," kata dia.

Pihaknya berharap kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh segera turun ke daerah itu untuk mengatasi gangguan gajah liar.

Baca juga: BKSDA Aceh: Konflik akibat makin sempit habitat gajah
Baca juga: Delapan orang tewas akibat konflik gajah di Bener Meriah sejak 2011
Baca juga: Gangguan gajah di Nagan Raya Aceh belum mereda

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019