Tak hanya sikap dan sosoknya yang memang lemah lembut menyejukkan, tetapi prestasi perempuan berhijab ini pun meneteskan kesejukan yang membuat tim catur Indonesia SEA Games tersenyum lega menyambut keping medali emas yang ia raih di nomor catur kilat putri.
Emas dari Medina disusul dari Susanto Megaranto di hari Minggu (8/12) lalu itu memang penantian panjang tim catur yang memulai perjuangan sejak seminggu lebih di kesepian Pantai Subic yang sempat mencekam disambangi Badai Tisoy berkecepatan 60 hingga 120 kilometer.
Baca juga: Medina raih emas nomor kilat putri
"Ini perasaan campur aduk mas. Gembira...terharu...senang...wah susah dilukiskan deh. Karena catur dapat medali emasnya, dua medali emas, di pertandingan terakhir. Dapetnya juga di detik-detik terakhir di babak terakhir, baik Medina maupun Susanto. Kalau meleset itu kan janji kita untuk menyumbang dua medali emas bisa meleset juga. Jadi, tegang lah," kata Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Persatuan Catur Seluruh Indonesi (Percasi) Kristianus Liem yang ikut mendampingi para pecatur selama di Filipina
Catur adalah salah satu cabang olahraga yang memulai pertandingannya sehari setelah acara pembukaan pada 30 November lalu. Ada lima kategori yang dipertandingkan yakni catur cepat putra dan putri, catur ASEAN putra, dan terakhir catur kilat putri dan putri.
Pada tiga nomor pertama yang dipertandingkan, Indonesia harus gigit jari meskipun sempat unggul menjelang babak terakhir, seperti yang dialami Umi Fisabilillah di nomor catur cepat putri. Ia terpeleset di babak terakhir sehingga hanya meraih medali perak dan merelakan medali emas untuk pecatur Singapura Grand Master Wanita (WGM) Qianyun Gong. Padahal pada babak pertama, Umi menang atas pecatur Singapura tersebut.
Seakan tak ingin mengulangi anti klimaks yang dialami rekannya Umi, Medina, yang menghadapi WFM Sarocha Chuemsakul di partai terakhir, pun berusaha tenang dan fokus dalam mengendalikan langkah-langkah, karena secara teknis, Medina unggul segalanya dari pecatur Thailand yang hanya memiliki elo rating 1669 itu.
Medina pun bisa melampau beban berat yang menegangkan di babak akhir. Ia pun menang. Medali emas pun digenggam.
"Lega. Tentunya sangat bangga dan senang. Ini emas pertama saya di ajang SEA Games. Selain itu juga ini emas yang dinanti kami setelah di nomor-nomor sebelumnya hanya mendapat medali perak," kata Medina seusai pertandingan.
Prestasi emas Medina mengharumkan nama bangsa bukan di SEA Games 2019 saja. Sejak kecil ia berkali-kali membuat nama Indonesia semerbak. Pada usia 10 tahun, ia membuat para pengamat catur dunia terkagum-kagum saat ia menjadi juara pelajar dunia di Singapura pada 2008. Peter Long, Kolumnis catur dari Chessdom.com, pun sangat mengakui kehebatan bakat yang dimiliki Medina ketika itu.
"Saya ingat pertamakali melihat dia bermain di kejuaraan pelajar dunia...Ya Madina memiliki bakat super...terkadang ia memang tidak konsisten, tetapi ketika ia lagi bermain bagus, permainannya sungguh indah untuk dinikmati," kata Peter Long.
Baca juga: Medina tantang Susanto di babak ketiga
Selanjutnya: Boneka Barbie
Boneka Barbie
Sebelum mengenal catur, Medina sama seperti bocah perempuan lain yang sangat menyukai boneka. Boneka kesukaannya adalah si cantik Barbie. Namun siapa sangka justru dari cerita seputar boneka simbol kemolekan raga sempurna wanita itu, Medina cilik memiliki ketertarikan pada dunia catur.
“Waktu kecil, saya sering bermain dengan boneka Barbie dan selalu membaca ceritanya di Istana, dengan Raja dan Ratu. Kemudian saya tertarik dengan permainan catur karena memiliki persamaan karakter dengan cerita dunia abad pertengahan itu,” kata dara kelahiran 7 July 1997 ini.
Melalui sang ayah, Nur Muchlisin, yang memiliki hobi main catur, imajinasi Medina tentang kehidupan istana barbie menemukan titik temu dengan buah-buah catur yang juga menyimbolkan karakter tokoh-tokoh kerajaan di Eropa.
Momen itu terjadi ketika ia duduk di kelas tiga sekolah dasar. Ketika itu, catur menjadi bahan pembicaraan di keluarganya saat sang ayah menjadi juara di turnamen tingkat perusahaan tempat ayahnya bekerja. Berbekal imajinasinya tentang istana barbie, Medina pun mulai tertarik melihat ayahnya saat sedang berlatih catur.
"Ayah kemudian menawarkan untuk belajar catur. Waktu itu sekitar sembilan tahun. Kelas tiga," kata Medina yang saat itu sekolah Sekolah Dasar Negri (SDN) Teluk Pucung V Bekasi.
Medina pun diajari bermain catur oleh sang ayah. Bakat dan kecerdasannya, membuat Medina cepat memahami permainan di atas papan kotak-kotak hitam-putih itu. Hanya selama tiga bulan berlatih, Medina langsung diikutkan sang ayah dalam kejuaraan daerah di Jakarta pada 2006. Hebatnya, ia langsung menjadi juara. Medina pun terus ketagihan mengikuti beberapa turnamen baik tingkat daerah dan nasional. Tentu saja, ia langganan juara pertama.
Untuk mengasah kemampuan dalam bermain catur, Medina pun masuk di sekolah catur Utut Adianto yang ada di Bekasi. Setelah beberapa tahun mengikuti pendidikan catur, Medina rutin mengikuti turnamen. Tidak hanya mengikuti kejuaraan di tingkat nasional, tapi juga kejuaraan tingkat internasional.
“Saya turun ke tingkat internasional itu mulai dari 2007 dan prestasi terus meningkat. Pada tahun 2008 saya juara dunia tingkat pelajar (World School Chess Championship) di Tessaloniki, Yunani," kata lulusan SMP Negeri 1 Bekasi ini.
Perjalanan Medina di dunia catur kian jauh. Titel-titel yang menjadi dambaan para pecatur pun dia genggam hasil dari petualangannya di berbagai turnamen, mulai dari kandidat master (MC), Master Nasional Wanita (MNW), Master Fide Wanita (WFM), Master Internasional Wanita (WIM), hingga Grand Master Wanita (WGM). Titel tertinggi untuk pecatur wanita ini diraih Medina saat ia berusia 16 tahun 2 bulan, memecahkan rekor WGM termuda yang sebelumnya digenggam Irene Kharisma Sukandar (16 tahun 7 bulan). Kepastian titel WGM ini diraih Medina saat ia mendapat Norma WGM ketiga di Kejuaraan Dunia Catur Junior 2013 yang berlangsung di Kocaeli, Turki.
Baca juga: Kejutan, Medina tumbangkan Sokolov
Selanjutnya: Kejar GM Pria
Kejar GM Pria
Titel tertinggi untuk pecatur wanita sudah diraihnya, Medina pun kini mencari tantangan baru dengan berpetualang untuk meraih titel di kategori umum tanpa memandang kelas putra maupun putri. Konsekuensinya Ia harus sering bertarung dengan lawan-lawan pria.
“Saya sedang mengejar gelar putra. Targetnya sih bisa menjadi grand master tanpa embel-embel woman,” kata pecatur yang sudah mendapatkan tiga norma untuk gelar International Master (IM) ini.
Medina sendiri mengaku, untuk saat ini lebih senang bersaing dengan para pecatur putra, karena lebih menantang dan lebih mengasah kemampuan.
"Melawan putra itu lebih menantang, saya suka. Karena bisa tambah pengalaman. Mereka bermainnya lebih agresif. Mungkin kalau pecatur cowok itu mainnya benar-benar pakai logika, dalam arti dia tidak main aman. Sedangkan cewek lebih memilih safety. Aku jadi kebawa belajar berani melangkah,” ujar anak Bekasi yang mengidolakan Judit Polgar, pecatur wanita asal Honggaria yang justru malang-melintang berkompetisi di kelompok pria.
Medina yang tahun 2020 nanti akan mewakili Indonesia dalam Piala Dunia Catur di Rusia mengakui, seringnya ia bertanding melawan pecatur putra adalah salah satu yang membuat kemampuannya terus meningkat.
“Makanya, untuk persiapan Piala Dunia 2020 aku sekarang juga lebih banyak ambil kesempatan bermain di turnamen kategori putra,” kata lulusan Fakultas Imu Administrasi Universitas Indonesia tersebut.
Meskipun relatif masih jarang dimainkan oleh kaum hawa di Indonesia, Catur, menurut Medina, seharusnya bukan olah raga yang didominasi kaum pria karena catur bukan cabang olahraga yang mengutamakan kekuatan fisik. Alasan itu pula lah yang membuat Medina melabuhkan pilihannya ke olah raga catur.
Wanita yang kini mengenakan hijab itu mengakui bahwa dia tidak unggul dalam olah raga yang mengandalkan kekuatan fisik. “Kalau olah raga fisik saya memang tidak bisa, makanya saya pilih catur. Dulu juga sempat juara sempoa dan melukis,” katanya.
Medina memang telah membuktikan bahwa tak perlu mengutamakan kekuatan fisik untuk menuai prestasi di dunia olah raga, termasuk di arena multi even SEA Games 2019 di Filipina ini.
Medina telah membuktikan, dengan kelembutan ia bisa menggali emas dan membuat Indonesia Raya berkumandang di kawasan Pantai Subik nan syahdu.
Baca juga: Percasi : hasil di Mongolia tunjukkan kualitas atlet Indonesia
Pewarta: Dadan Ramdani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019