"Yang selama ini kami tangkap hanya kurir, bandarnya rata-rata berada di Bandar Lampung dan Makassar. Para bandar tersebut memanfaatkan orang-orang di sini untuk menjalankan bisnisnya," kata Kbarek pada jumpa pers di Manokwari, Senin (16/12).
Baca juga: BNN Papua Barat lampaui target penanganan kasus narkoba
Kepala BNN Provinsi Papua Barat, Brigjen Pol Setija Junianta pada kesempatan itu mengungkapkan, Papua Barat sudah cukup rawan dalam hal peredaran dan penyalahgunaan narkoba.
"Kerawanan tertinggi berada di wilayah Kota Sorong disusul Manokwari lalu merambah ke daerah lainya. Sorong dan Manokwari merupakan pintu masuk, selanjutnya beredar ke daerah lain," katanya.
BNN Papua Barat, sebut Setija, terus berkoordinasi dengan BNN Sulawesi Selatan dan Bandar Lampung. Itu dilakukan untuk mempermudah pengungkapan kasus yang ditangani.
Baca juga: BNN Papua Barat antisipasi peredaran isi ulang vape berisi narkoba
Pihaknya juga mendapati keterlibatan Napi terutama di Lembaga Pemasyarakatan Sorong. Disinyalir, Napi di Lapas Fakfak pun mulai menjajaki bisnis haram ini.
Tidak sekadar pengguna, dari kasus yang pernah ditangani, lanjut Setija, bahkan mereka terlibat dalam jaringan peredaran.
"Kami sudah menjalin kerjasama dengan Kanwil Kementerian Hukum dan Ham. Selama ini koordinasi sudah cukup bagus, kapan pun dalam waktu 24 nonstop kami bisa melakukan kegiatan di Lapas," ujarnya.
Dia menambahkan, narkoba yang masuk ke Papua Barat selama ini memanfaatkan jalur udara dan laut. Penyedia jasa logistik menjadi sarana yang sering dimanfaatkan para bandar.
"Maka kami juga berkoordinasi dengan jasa logistik. Seluruh pemangku kepentingan harus bersinergi dalam memberantas narkoba," pungkasnya.
Baca juga: BNN: Ketahanan remaja Papua Barat terhadap peredaran narkoba rendah
Baca juga: BNN segera dibentuk di Kota Sorong
Pewarta: Toyiban
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019