UNHCR, sebagai badan pengungsi di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bekerja sama dengan pemerintah Swiss menjadi tuan rumah dalam gelaran forum 16-18 Desember 2019 yang bertempat di Palais de Nations, Kantor Pusat PBB di Jenewa, Swiss.
"Kita bangun dari satu dekade yang diwarnai perpindahan terpaksa, di mana jumlah pengungsi meningkat," kata Komisioner Tinggi UNHCR, Filippo Grandi, dikutip dari pernyataan pers yang diterima di Jakarta, Selasa (17/12).
Peserta forum yang terdiri atas berbagai kalangan, termasuk pengungsi, pemimpin negara, lembaga internasional, pelaku bisnis, dan perwakilan masyarakat sipil berdiskusi dengan fokus enam area utama.
Baca juga: Pengungsi global capai 50 juta, pertama kali sejak PD II
Keenam fokus pembahasan tersebut yakni pengaturan pembagian beban dan tanggung jawab, pendidikan, lapangan pekerjaan dan keberlangsungan hidup, energi dan infrastruktur, solusi, serta kapasitas perlindungan.
Menurut data UNHCR, lebih dari 70 juta pengungsi di seluruh dunia melakukan perpindahan terpaksa akibat perang, konflik, dan penganiayaan, dengan lebih dari 25 juta di antaranya yang telah melewati perbatasan internasional tidak dapat kembali ke negara asal.
Sebagai contoh, di Asia tercatat 4,2 juta orang pengungsi, 2,7 juta orang melakukan perpindahan dalam negeri (internally displaced people/IDP), sementara 2,2 juta orang lainnya tidak memiliki kewarganegaraan.
Pengungsi Afghanistan merupakan kelompok terbesar di kawasan, dengan angka mencapai 2,7 juta pengungsi terdaftar, yang sebagai besar mendapat perlindungan di Iran dan Pakistan. Mereka juga merupakan orang-orang yang paling lama mengalami perpindahan terpaksa, yakni sejak empat dekade silam.
Dalam forum yang sama, pemerintah Afghanistan, Iran, dan Pakistan bersama dengan UNHCR meluncurkan Strategi Solusi untuk Pengungsi Afghanistan (Solutions Strategy for Afghan Refugees/SSAR) yang bertujuan meningkatkan koordinasi pihak terkait untuk menangani para pengungsi tersebut.
Baca juga: Menyikapi pengungsi global
Grandi menambahkan bahwa forum itu juga menjadi peluang untuk membuktikan komitmen kolektif masyarakat dunia terhadap pakta PBB untuk pengungsi "Global Compact for Refugees" serta mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang tidak meninggalkan siapapun di belakang.
"Dalam Forum Pengungsi Global yang pertama ini, kita harus memfokuskan upaya-upaya pada dekade selanjutnya untuk membangun apa yang telah kita pelajari sebelumnya serta mengambil tindakan untuk mendukung pengungsi dan komunitas tuan rumah," ujar dia.
Baca juga: Para pengungsi setuju bernegosiasi dengan UNHCR
Pewarta: Suwanti
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019