• Beranda
  • Berita
  • Pengamat: Kobra tidak boleh dibunuh karena untuk kendalikan tikus

Pengamat: Kobra tidak boleh dibunuh karena untuk kendalikan tikus

20 Desember 2019 21:37 WIB
Pengamat: Kobra tidak boleh dibunuh karena untuk kendalikan tikus
Warga Kampung Kandangsapi, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Cianjur, Jawa Barat, berhasil menangkap ular sanca sepanjang 4,5 meter yang sempat masuk ke dalam rumah warga, Jumat (20/12) (Ahmad Fikri)
Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat mengatkan ular-ular yang ditemukan di daerah rumah warga harus dipindahkan untuk pengendalian populasi karena jika dikurangi secara signifikan maka akan terjadi ledakan populasi dari tikus yang merupakan diet utamanya.

"Ular ini harus dipindahkan kalau mengganggu karena kalau sampai dikurang populasinya maka makanannya bisa terjadi ledakan populasi. Khawatirnya tahun depan jika kobra berkurang tidak ada lagi yang memburu tikus," ujar Aji ketika dihubungi di Jakarta pada Jumat malam.

Siklus rantai makanan adalah sesuatu yang harus dipertahankan karena itu dia meminta bila ada yang melihat kemunculan kobra di dekat pemukiman warga untuk menghubungi pihak profesional seperti petugas pemadam kebakaran atau komunitas pencinta ular untuk dibantu pemindahannya.

Baca juga: Pakar: Ular bisa datang karena sumber makanan berlimpah

Kunci utamanya adalah pengendalian, kata ketua LSM konservasi ular itu, dengan tidak semua ular ditangkap tapi dikurangi populasinya untuk memastikan rantai makanan tetap terjaga dan menghindari ledakan populasi.

Sebelumnya, beberapa daerah di Indonesia dikejutkan dengan penemuan banyak anakan kobra di rumah atau daerah sekitar pemukiman warga. Kemunculan ular berbisa itu sendiri memang tidak mengejutkan, menurut Aji, karena musim hujan adalah saatnya telur kobra menetas.

Dalam sekali bertelur, induk kobra bisa dapat menghasilkan 20 butir telur yang ditinggalkan di tempat lembab. Anakan setelah menetas itu kemudian berkeliaran dan terlihat oleh warga, meski sebenarnya kobra dewasa cenderung menghindari pertemuan dengan manusia.

Yayasan Sioux Ular Indonesia sendiri mendapatkan banyak laporan selama 2019 dengan permintaan penyelamatan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Tapi hal itu tidak berarti terjadi lonjakan populasi kobra, karena kemungkinan besar itu terjadi akibat informasi tentang kelompok itu semakin tersebar dan masyarakat tidak segan menghubungi untuk memindahkan ular-ular tersebut.

"Kalau soal jumlah (populasi kobra) bisa jadi sama tapi mungkin dulu biasanya langsung dibunuh sekarang masyarakat meminta bantuan. Perubahan perilaku itu sangat bagus karena berarti masyarakat sadar bahwa ketemu ular tidak harus dibunuh," tegas dia.

Baca juga: BKSDA Jakarta lepasliarkan 40 ekor ular di taman nasional
Baca juga: Bawang merah atasi gigitan ular berbisa, ini penjelasannya

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019