Namun, ada sejumlah hal yang perlu mereka ketahui.
Pakar kesehatan, dr Rudy Kurniawan mengatakan, lari sebaiknya dilakukan mereka yang belum mengalami komplikasi khususnya pada kardiovaskular, bukan penderita obesitas, lalu mereka dengan pradiabetes.
"Misalnya penyandang diabetesnya berusia 50 tahunan, obesitas, dengan komplikasi kardiovaskular. Tentu kami tidak rekomendasikan lari karena membebani kardiovaskular, kalau pasien obesitas tentu beban ke sistem gerak sendi, akhirnya juga berbahaya," kata dia di Jakarta, Selasa.
Sebaliknya, bagi mereka dengan pradiabetes dan diabetes yang belum mengalami komplikasi, lari dengan teknik yang tepat bisa menyehatkan.
Namun, sesuaikan jarak dan durasi dengan kemampuan individunya.
Baca juga: Konsumsi protein berlebih bisa bahayakan ginjal
Baca juga: Gaya hidup sehat BCL
Baca juga: Orang tua diminta waspada gejala diabetes anak
Sebelum lari, persiapkan juga peralatan lari khususnya sepatu yang nyaman dan tepat agar tidak muncul masalah baru di kaki, sendi dan lainnya.
Perhatikan juga batasan kemampuan tubuh dan mulailah dari jarak pendek jika baru menerapkan lari sebagai bagian dari gaya hidup.
"Tahu batasan untuk berhenti. Jangan memaksakan 10 kilometer karena mengikuti orang lain. Coba dulu lari jarak pendek, 1-2 km yang penting fun. Setelah rutin, bisa lebih jauh 5 kilometer," tutur Rudy.
Selain itu, para penyadang diabetes dan pra diabetes juga perlu waspada bila suatu saat mengalami gejala hipoglikemia, sehingga segera mengambil pertolongan pertama yakni konsumsi makanan manis.
"Bagi yang diabetes, gula mudah drop dan naik, karena keseimbangannya tidak terlalu bagus. Biasanya mereka kalau mau hipo sudah merasa, apalagi kalau sudah lama. Siap-siap harus ada camilan," ujar Rudy.
Baca juga: Khasiat buah naga untuk diabetes hingga jantung
Baca juga: Cegah diabetes melitus tipe 2 dengan pola hidup sehat
Baca juga: Alpukat bisa menangkal diabetes
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020