3 gajah jinak halau kawanan gajah liar di Pidie

9 Januari 2020 18:23 WIB
3 gajah jinak halau kawanan gajah liar di Pidie
Ilustrasi - Dokter hewan membius anak gajah yang kakinya terluka karena jerat untuk proses evakuasi melalui sungai menggunakan sampan ke CRU Serbajadi, Aceh Timur, Kamis (20/6/2019). Antara Aceh/Hayaturrahmah

Kadang-kadang ada satu dua gajah tersebut yang bandel dan keluar dari kawanan. Jadi, waktunya tentatif

Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengerahkan tiga gajah jinak untuk menghalau dan menggiring kawanan gajah liar dari sekitar pemukiman warga Kabupaten Pidie.

Kepala Seksi Wilayah I BKSDA Aceh Kamarudzaman di Banda Aceh, Kamis, mengatakan pihaknya berupaya mengiring kawanan gajah liar yang sering berkonflik dengan masyarakat di beberapa wilayah di Kabupaten Pidie.

"Ada tiga gajah jinak yang kami kerahkan menghalau kawanan gajah liar tersebut ke habitatnya, yakni didatangkan dua gajah dari unit konservasi respons di Bener Meriah dan satu dari Sare, Aceh Besar," kata dia.

Ia menyebutkan ada beberapa lokasi konflik gajah liar dengan masyarakat di Kabupaten Pidie, yakni di kawasan Geumpang, Mila, dan Tiro.

Konflik tersebut, kata dia, melibatkan beberapa kawanan gajah liar.

"Berapa detailnya gajah liar tersebut, kami belum bisa pastikan. Yang baru diketahui ada tiga kawanan. Kawanan gajah liar tersebut ada yang sudah mendekati pemukiman penduduk. Kebun masyarakat juga dirusak kawanan gajah. Bahkan, ada gubuk ikut dirobohkan kawanan gajah liar," kata Kamarudzaman.

Baca juga: 8 gajah korban konflik dikembalikan ke Lahat

Menyangkut berapa lama penggiringan kawanan gajah liar tersebut, ia mengatakan tidak bisa memastikan.

Waktu penggiringan, kata dia, tentatif karena tergantung kondisi di lapangan.

"Kami tidak bisa menentukan berapa lama. Semakin cepat digiring ke habitatnya, tentu semakin baik. Kadang-kadang ada satu dua gajah tersebut yang bandel dan keluar dari kawanan. Jadi, waktunya tentatif," kata Kamarudzaman.

Ia mengatakan penyelesaian konflik gajah maupun satwa lainnya membutuhkan dukungan semua pihak, baik masyarakat maupun unsur pemerintah lainnya, karena 
BKSDA tidak bisa bekerja sendiri untuk mengatasi hal tersebut.

"Kami juga mengajak semuanya menjaga habitat satwa, tidak melakukan aktivitas ilegal, seperti penebangan dan perambahan, tambang, yang merusak habitat satwa. Rusaknya habitat menyebabkan konflik satwa dengan manusia," kata Kamarudzaman.

Baca juga: Delapan orang tewas akibat konflik gajah di Bener Meriah sejak 2011
Baca juga: BKSDA Aceh: Konflik akibat makin sempit habitat gajah
Baca juga: Operasi penggiringan gajah liar di Riau terganggu bunyi meriam karbit

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020