"Berkat upaya dan kerja keras tim akhirnya TKW asal Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu ini bisa lagi berkumpul bersama keluarganya pascakecelakaan kerja yang membuat dirinya tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya secara sempurna dan harus menggunakan kursi roda dan tongkat," kata Tim Dewan Perwakilan Luar Negeri (DPLN) Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Riyadh Arab Saudi Agus Gia melalui sambungan telepon di Riyahd, Minggu.
Baca juga: Hilang 10 tahun di Riyadh Arab Saudi TKW Sukabumi ditemukan
Baca juga: Warga Sukabumi jadi korban TPPO di Arab Saudi
Baca juga: KJRI paksa majikan bayar Rp2 miliar gaji lima pekerja Indonesia di Saudi
Informasi yang dihimpun, pahlawan devisa ini terjatuh di kamar mandi majikannya yang baru pada April 2019 dan menyebabkan kelumpuhan sementara dan sempat menjalani pengobatan tetapi kondisinya tidak membaik.
Pihak SBMI Riyadh yang menerima laporan adanya TKW yang mengalami kecelakaan kerja langsung turun dan berkoordinasi dengan sejumlah pihaknya dan akhirnya Sri pun dibawa dan mendapatkan penanganan di Kedutaan Besar RI di Riyadh untuk menjalani pemulihan pada 26 September 2019.
Tidak sampai di situ, SBMI pun terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak seperti Kementerian Luar Negeri RI, KBRI Riyadh, Duta Besar RI untuk Arab, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan lain-lain untuk mempercepat pemulangan Sri ke kampung halamannya di Sukabumi.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sukabumi pun terus berkoordinasi dan membantu pemulangan pekerja migran ini serta memantau perkembangannya khususnya kesehatannya karena Sri mengalami cedera pinggul yang cukup parah akibat terjatuh di kamar mandi.
Menurutnya, Sri berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja pada 2008 lalu dan dikontrak selama dua tahun namun, belum habis masa kontrak kerjanya ia melarikan diri dari rumah majikannya dan bekerja dari satu tempat ke tempat yang lain. Selama dalam pelariannya TKW ini bekerja di berbagai sektor dan pada 2010 visa kerjanya habis tetapi tetap bertahan hingga 2019.
"Selama masa pemulihan di KBRI Riyadh kami selalu mendampingi Sri agar syarat admistrasinya bisa lengkap dan berkat kerjasama tim ia bisa pulang hanya dalam beberapa bulan saja bahkan sampai di Sukabumi pun pekerja migran ini juga mendapatkan pendampingan dari SBMI Sukabumi," tambahnya.
Sri berangkat dari KBRI Riyadh pada 7 Januari 2020 dan tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 8 Januari dan langsung dibawa ke kampung halamannya. Setelah sampai, pahlawan devisa ini juga mendapatkan perhatian dari Pemkab Sukabumi khususnya Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi.
Ia pun sempat menjalani pemeriksaan kesehatan di RSUD Palabuhanratu dan dari hasil rongent tulang pinggulnya retak yang menyebabkan sulit untuk beraktivitas. Kemudian pihak P2TP2A pun memintanya untuk menjalani terapi pengobatan untuk menyembuhkan cederanya itu bahkan seluruh pembiayaannya akan ditanggung.
Tapi, Sri memilih ingin menjalani terapi di rumahnya dan menolak menjalani pengobatan di rumah sakit serta membuat surat menolak fasilitas yang sudah disiapkan untuknya dengan berbagai alasannya.
Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi Yani Hamami mengatakan pihaknya selalu memantau informasi terkait keberadaan pekerja migran asal kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali ini serta berkoordinasi dengan SBMI jika ada permasalahan.
Sosialisasi pun terus dilakukan kepada warga agar tidak memilih bekerja di luar negeri karena risikonya banyak dan harus meninggalkan keluar di kampung halamannya. "Kami pun mempunyai berbagai program untuk mantan atau purna TKW salah satunya melalui pemberdayaan ekonomi dan pelatihan keterampilan," katanya.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020