“Tim membawa bantuan menggunakan mobil. Tapi ternyata sampai di tengah jalan, mobil sudah tidak masuk ke Kampung Gunung Julang karena tertutup longsor. Akhirnya tim ACT memikul bantuan sambil berjalan sekitar 2-3 kilometer menuju Kampung Gunung Julang,” ujar Okta Imron selaku Komandan Posko Induk ACT di Lebak dalam rilis yang diterima di Jakarta pada Selasa.
Sekitar 80 kepala keluarga di Desa Lebaksitu di Lebak menerima bantuan berupa paket pangan yang terdiri dai beras wakaf, air minum wakaf serta paket sembako lainnya.
Selain itu, ACT juga memberikan bantuan selain pangan seperti popok bayi, alat-alat sekolah, kain, pel, serta sapu air yang diberikan ke kantor Lurah Lebaksitu untuk didistribusikan ke warga korban bencana.
Baca juga: Kemenag Lebak pastikan anak-anak belajar usai bencana banjir bandang
Baca juga: Masa tanggap darurat bencana Lebak diperpanjang
Baca juga: F-PKS DPR diperintahkan perjuangkan maksimal bantu korban banjir
Hal yang sama dihadapi dengan tim yang ingin memberikan bantuan di Kabupaten Bogor yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki karena akses jalan yang masih tertutup untuk kendaraan, kata Imam Al Daffa dari tim Posko ACT dalam rilis tersebut.
“Saat ini masih banyak kampung yang terisolir karena aksesnya terputus, mereka juga tak dapat menikmati listrik karena alirannya ikut terputus. Untuk urusan pangan pun warga tak dapat berbuat banyak, hanya mengandalkan bantuan yang masuk ke kampung mereka atau salah satu perwakilan dari kampung mereka keluar untuk mencari bantuan,” kata Imam.
ACT sudah mengirimkan bantuan untuk para korban banjir dan longsor yang terjadi setelah hujan tidak berhenti mengguyur daerah Jabodetabek di awal tahun. Selain itu, tim medis ACT juga ikut membantu dengan memberikan pelayanan kesehatan.
ACT sendiri terus mengajak para dermawan untuk membantu melalui program #BersamaAtasiBencana.*
Baca juga: KLHK segera lakukan penghijauan di Bogor dan Lebak cegah banjir
Baca juga: Istri Mensos semangati dan beri bantuan korban banjir di Bogor
Baca juga: Menteri LHK: Perambahan hutan ilegal dan tambang liar sebabkan banjir
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020