Limbah tersebut, kata Laksamana Pertama TNI Arsyad Abdullah di Bintan, Selasa, berasal dari wilayah out port limited (OPL) di perairan perbatasan antara Kepri, Singapura, dan Malaysia yang dibuang secara sengaja oleh kapal-kapal asing pada musim utara.
Baca juga: Pemprov Kepri desak pusat tangani limbah minyak hitam
Baca juga: Kapolres: Limbah minyak hitam berasal dari Perairan OPL
Baca juga: Tim sebar OSD tangani minyak hitam di Perairan Batam
Ia mengungkapkan bahwa bekas kotoran oli itu terbawa arus dan mencemari kawasan resor dan pantai yang ada di Pulau Bintan.
"Akan tetapi, kami belum mengidentifikasi kapal tersebut berasal dari negara mana," kata Danlantamal IV.
TNI AL sudah berupaya masksimal melakukan patroli di kawasan tersebut. Namun, aktivitas pembuangan limbah biasa dilakukan saat kapal patroli sudah kembali ke dermaga.
Arsyad mengutarakan bahwa TNI AL sudah saatnya memiliki citra satelit guna memantau sekaligus mencegah aktivitas kapal-kapal tanker asing yang membuang limbah sembarangan.
"Kami akan berkoordinasi dengan Pemprov Kepri terkait dengan pembangunan citra satelit ini," katanya menambahkan.
Baca juga: Menristekdikti minta data citra satelit terakses masyarakat
Baca juga: BPPT kombinasikan citra satelit data produksi padi
Ketua ASITA Tanjungpinang-Bintan Sapril Sembiring mengatakan bahwa pencemaran limbah minyak hitam terjadi setiap tahun di Pulau Bintan, terutama memasuki musim utara.
Menurut dia, persoalan ini menjadi hal yang serius bagi operator resor dan pantai karena setiap hari mereka harus membersihkan kotoran oli.
Ia juga meminta pemerintah daerah maupun pusat serius menangani permasalahan ini agar tidak berimbas terhadap penurunan kunjungan wisman ke Bintan.
"Sudah banyak wisman yang komplain, ini tentu tidak baik. Apalagi, Kepri secara umum jadi pintu masuk kunjungan wisman terbesar kedua di Indonesia setelah Bali," ucapnya.
Pewarta: Ogen
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020