• Beranda
  • Berita
  • IDI: belum ada laporan virus 2019-nCoV penyebab tunggal kematian

IDI: belum ada laporan virus 2019-nCoV penyebab tunggal kematian

26 Januari 2020 18:18 WIB
IDI: belum ada laporan virus 2019-nCoV penyebab tunggal kematian
Personel Pos Motaain Satgas Pamtas RI-RDTL sektor timur Yonif Raider 142/KJ melakukan pemantauan dan pengawasan ketat bersama petugas Karantina yang berada di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain dalam upaya mengantisipasi masuknya virus Corona ke Indonesia, Minggu (26/1/2020). ANTARA/Penrem 042/Gapu)

Dia mengatakan di antara kematian pasien yang terjangkit virus corona baru itu, ada yang memang memiliki penyakit lain seperti diabetes dan gagal ginjal. Karena terinfeksi virus corona, kondisi tubuh pasien bertambah parah.

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng Mohammad Faqih mengatakan hingga saat ini belum ada laporan bahwa 2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV merupakan penyebab tunggal dari kematian dari para korban yang terinfeksi virus yang baru pertama kali merebak di pusat kota Wuhan, Negara China itu.

"Sudah ada kasus kematian, tapi yang dilaporkan kasus kematiannya kemarin berdasarkan laporan terakhir WHO (organisasi Kesehatan Dunia) itu penyebabnya bukan tunggal karena virus (2019-nCoV). Itu  karena yang bersangkutan yang terinfeksi virus itu dia sudah disertai penyakit yang lain," kata Daeng kepada ANTARA di Jakarta, Minggu

Daeng menuturkan orang yang sedang menderita penyakit tertentu, kemudian terinfeksi dengan virus corona itu, maka kondisi orang tersebut semakin parah sampai dapat menyebabkan kematian terhadap orang itu.

"Virus dan penyakit lain yang bersamaan itu saling memperberat. Kalau kasus tunggal karena penyakit (virus corona 2019-nCoV) itu saja, itu belum dilaporkan," tutur Daeng.
Baca juga: RSUD Mattaher Jambi rawat pasien yang baru pulang dari Wuhan
Baca juga: Eijkman: 2019-nCov jenis virus corona ke-7 menginfeksi manusia


Dia mengatakan di antara kematian pasien yang terjangkit virus corona baru itu, ada yang memang memiliki penyakit lain seperti diabetes dan gagal ginjal. Karena terinfeksi virus corona, kondisi tubuh pasien bertambah parah.

Oleh karenanya, para pakar sedang meneliti terkait ada tidaknya kematian yang secara tunggal disebabkan oleh infeksi virus corona tersebut.

Lebih dari 2.000 orang di seluruh dunia tertular virus corona jenis baru tersebut, yang sebagian besar di China, dan sebanyak 56 orang di China meninggal karena wabah tersebut.

Pada Minggu (26/1), China memastikan hingga 25 Januari ada 1.975 kasus pasien yang tertular virus corona baru sementara jumlah korban meninggal telah mencapai 56 orang.
Baca juga: Perketat pemeriksaan ABK masuk Sampit cegah virus corona
Baca juga: Ketum PDPI: Masyarakat hindari sentuh hewan cegah virus corona


Virus corona sebenarnya banyak didapati di hewan. Sementara, awalnya yang terinfeksi virus corona 2019-nCoV di Wuhan, China, banyak yang menderita penyakit itu setelah makan sup ular. Tapi ditengarai kalelawar pun punya virus itu dan bisa menularkannya. Untuk itu, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menemukan hewan pembawa virus itu.

"Khusus kejadian yang Wuhan itu kasusnya memakan sup ular yang mengandung virus itu," ujar Daeng.

Virus corona itu kemudian mewabah, dan korban terjangkit virus makin bertambah. Penularan virus 2019-nCoV tidak hanya dari hewan ke manusia tapi juga bisa antarmanusia, sehingga penyebarannya cepat.

Untuk itu, pola hidup bersih dan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi virus corona harus dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan agar tidak tertular virus itu.
Baca juga: WHO: Virus corona capai 1.320 kasus di 10 negara
Baca juga: Tujuh penumpang Lion Air rute Changsha - Manado negatif virus Corona

Pasien suspect corona di RSPI Sulianti Saroso, ini kata Kemenkes

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020