Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Barat, Farid Faletehan menyatakan pertumbuhan kinerja industri perbankan di NTB pada 2019 tergolong luar biasa karena empat indikator utama tumbuh dua kali lipat dibandingkan nasional.Posisi November 2019, empat pos utama kinerja industri perbankan di NTB tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan nasional. Itu bisa dikatakan luar biasa, meskipun NTB sempat dilanda gempa pada 2018.
"Posisi November 2019, empat pos utama kinerja industri perbankan di NTB tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan nasional. Itu bisa dikatakan luar biasa, meskipun NTB sempat dilanda gempa pada 2018," kata Farid kepada wartawan di Mataram, Selasa.
Ia menyebutkan empat indikator utama kinerja industri perbankan adalah dari sisi pertumbuhan aset, penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan persentase kredit macet (NPL).
Dari sisi pertumbuhan aset perbankan di NTB hingga November 2019 sudah mencapai Rp53,31 triliun atau tumbuh sebesar 16,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 45,76 triliun (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 6,77 persen.
Baca juga: OJK NTB imbau masyarakat tidak tergiur investasi daring ilegal
Sementara itu dari total kredit yang disalurkan periode Januari-November 2019 sebesar Rp44,62 triliun atau tumbuh sebesar 17,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp37,83 triliun. Persentase pertumbuhan penyaluran kredit di NTB jauh di atas nasional sebesar 7,05 persen.
Begitu juga dari sisi kinerja penghimpunan DPK. Farid menyebutkan total DPK yang dihimpun selama periode Januari-November 2019 mencapai 33,42 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp28,71 triliun atau tumbuh 16,41 persen. Pertumbuhan DPK tersebut lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 6,72 persen.
"Persentase kredit macet perbankan di NTB, juga masih terjaga di kisaran 1,25 persen hingga November 2019. Angka tersebut di bawah nasional sebesar 2,77 persen," ujarnya.
Ia mengatakan pertumbuhan kinerja industri perbankan di NTB, tidak lepas dari meningkatnya permintaan kredit di sektor pertambangan dan penggalian. Sektor tersebut tumbuh sebesar 52,02 persen (yoy). Total kredit yang disalurkan perbankan sebesar Rp8,07 triliun.
Kredit yang disalurkan ke sektor industri pengolahan juga ikut mendukung tumbuhnya kinerja industri perbankan periode Januari-November 2019. Total kreditnya mencapai Rp676 miliar atau tumbuh sebesar 36,24 persen (yoy).
Baca juga: Indef sebut rencana pembubaran OJK turunkan kepercayaan investor
Sektor pertanian, perikanan dan kehutanan juga tumbuh sebesar 27,73 persen dengan total kredit senilai Rp1,6 triliun, serta kredit sektor konstruksi mencapai Rp1,03 triliun atau tumbuh 15,73 persen.
"Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi disertai dengan nilai NPL yang relatif kecil menjadi pendukung tumbuhnya aset dan DPK perbankan di NTB," ucap Farid.
Farid meyakini kondisi kinerja industri perbankan di NTB, masih bisa tumbuh lagi atau minimal sama dengan kondisi pada 2019. Syaratnya kondisi perekonomian daerah tetap normal atau tidak ada sesuatu kejadian yang mempengaruhinya.
Pihaknya juga terus mendorong pemerintah daerah untuk menjaga iklim dunia usaha dan memacu pertumbuhan industri pengolahan, khususnya berbasis pertanian.
Pewarta: Awaludin
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020