"Sampai hari ini tidak ada kepala sawit (di Kabupaten Kaimana). Karena tanpa kelapa sawit masyarakat di Kaimana masih bisa hidup. Mereka hidup dari mana, itulah yang kita pastikan pertahankan, malah kita kembangkan supaya ada hasil yang memberikan nilai tambah masyarakat," kata Matias saat menjadi narasumber diskusi pelestarian lingkungan di Papua yang diadakan di Jakarta Pusat, Selasa.
Dalam diskusi yang diselenggarakan lembaga nirlaba EcoNusa itu, Bupati Kaimana yang terletak di Papua Barat tersebut diundang sebagai narasumber yang dianggap sukses membangun ekonomi masyarakat sambil tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.
Baca juga: Dishut-masyarakat adat Papua siapkan produk pangan lokal jelang PON
Menurut Bupati Kaimana, sektor perikanan menjadi mata pencaharian unggulan bagi masyarakat di daerah tersebut. Dia menegaskan tanpa adanya investasi perkebunan kelapa sawit warga bisa hidup dari hasil melaut.
Langkah selanjutnya, kata dia, adalah mendampingi masyarakat untuk memperkaya produk demi menambah nilai ekonomis dari hasil produksi mereka.
Berbagai langkah sudah diambil olehnya termasuk bekerja sama dengan EcoNusa untuk mengembangkan kapasitas masyarakat lokal mengelola sumber daya alam.
Baca juga: Papua Barat bertekad lestarikan alam untuk anak cucu
Bupati Matias sendiri menegaskan tidak menolak adanya pembangunan dan investasi di daerahnya, asalkan bukan jenis yang merusak alam dan menimbulkan kerugian di masa mendatang.
Pendapat tersebut diamini oleh CEO EcoNusa Bustar Maitar. Investasi, kata dia, harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat lokal dan memastikan mereka mendapatkan manfaat yang pasti dari hal tersebut.
"Kalau kita lihat dalam beberapa tahun terakhir Papua ingin dibangun lebih maksimal. Tapi pertanyaannya apakah masyarakat asli Papua sendiri bisa mendapatkan manfaat langsung yang signifikan dari pembangunan itu," kata kepala lembaga swadaya masyarakat yang fokus membantu masyarakat di Indonesia bagian timur itu.
Baca juga: Aktivis: Festival Cycloop ajang kampanye lingkungan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020