Dolar jatuh, dipicu data suram.ekonomi AS

31 Januari 2020 04:23 WIB
Dolar jatuh, dipicu data suram.ekonomi AS
Dolar mata uang Amerika Serikat (ANTARA/Reuters)

Pesan The Fed kemarin konsisten dengan toleransi terhadap inflasi yang lebih tinggi...

Kurs dolar AS jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah berita bahwa ekonomi Amerika pada 2019 mencatat pertumbuhan tahunan paling lambat dalam tiga tahun, serta konsumsi pribadi melemah secara dramatis, mengakhiri reli permintaan mata uang safe-haven dari kekhawatiran tentang kejatuhan ekonomi akibat wabah Virus Corona di China.

Indeks dolar AS telah naik 0,65 persen dalam dua minggu terakhir karena investor menjual aset-aset berisiko. Namun, ketakutan Virus Corona tetap ada, dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan epidemi tersebut sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Pelarian investor dari risiko mengangkat yen Jepang 0,21 persen dan franc Swiss 0,36 persen, tetapi data ekonomi AS yang cukup suram menekan daya tarik safe-haven dolar. Indeks terakhir diperdagangkan turun 0,14 persen pada hari ini di 97,858.

Ekonomi Amerika gagal mencapai target pertumbuhan Pemerintah Trump sebesar tiga persen untuk tahun kedua berturut-turut karena kemerosotan dalam investasi bisnis semakin dalam di tengah-tengah ketegangan perdagangan yang merusak, Departemen Perdagangan melaporkan.

Pertumbuhan pembelanjaan konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, melambat ke laju 1,8 persen setelah naik pada tingkat 3,2 persen di kuartal ketiga. Pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) menjadi faktor penting dalam kebijakan Federal Reserve (Fed) dan ekspektasi penurunan suku bunga pada Maret naik dari 7,2 persen kemarin menjadi 17,7 persen hari ini, menurut alat FedWatch CME Group.

“Pesan The Fed kemarin konsisten dengan toleransi terhadap inflasi yang lebih tinggi -- yang menekan tingkat riil AS dan itu bukan berita bagus untuk dolar. Komponen lemah PDB, khususnya deflator PCE inti akan mengarahkan Anda ke arah kebijakan Fed yang lebih rendah,” kata Daniel Katzive, kepala strategi valuta asing untuk Amerika Utara di BNP Paribas.

Peluang bahwa suku bunga masih akan berada di 150-175 basis poin pada Juli turun dari 44,3 persen kemarin menjadi 37,2 persen hari ini.

“Satu-satunya alasan bahwa PDB mungkin terlihat relatif sehat adalah karena sesuatu yang sebenarnya cukup beracun bagi ekonomi AS: penurunan permintaan domestik dan kenaikan tajam namun tidak berkelanjutan dalam ekspor. Itu bukan sesuatu yang menarik bagi para pelaku pasar berwawasan ke depan yang membentuk pasar valuta asing," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments.

Yuan China di pasar luar negeri, barometer sentimen risiko terhadap aset China karena pasar daratan dan Hong Kong ditutup, jatuh ke level terendah satu bulan, menembus level 7,0 yuan per dolar yang secara teknis signifikan. Yuan terakhir 0,31 persen lebih lemah di 6,990.

Baca juga: Rupiah ditutup loyo, dipicu bertahannya suku bunga Fed AS

Baca juga: IHSG Kamis sore ditutup jatuh, seiring terkoreksinya bursa global

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020