"Tahun lalu sudah melampaui Malaysia. Jadi, satu-satunya negara di Asia Tenggara yang lebih banyak nama domainnya di banding kita adalah Vietnam. Tahun ini target di atas Vietnam, apalagi jumlah penduduk kita lebih tinggi," ujar ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo, dalam temu media di Jakarta, Jumat.
Yudho menjelaskan jumlah nama domain yang terdaftar di PANDI pada 2019 sebanyak 352.905 atau naik sebanyak 25 persen dari tahun 2018 yang tercatat sebanyak 281.467.
Angka tersebut membuat Indonesia berada di posisi kedua setelah Vietnam yang memiliki jumlah domain 494.758 dengan peningkatan 7,5 persen dibanding tahun sebelumnya.
Baca juga: Pengguna domain ".id" naik drastis, kenapa?
Baca juga: Hindari pencatutan nama, PANDI serukan pemilik merek daftarkan nama domain .id
Sementara, Malaysia berada di peringkat ketiga dengan jumlah domain 322.992. Selanjutnya, Singapura dan Thailand berada di posisi keempat dan kelima dengan jumlah domain masing-masing 182.115 dan 71.996.
Tahun ini, PANDI menargetkan penggunaan nama domain ".id" dapat mencapai 472.569 dengan pertumbuhan 35 persen dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Pengguna domain my.id naik tajam
Baca juga: PANDI dukung regenerasi sepak bola Indonesia lewat Ligana.id
Lewat promosi
Salah satu cara untuk mencapai target tersebut, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama dan Marketing PANDI, Heru Nugroho, mengatakan PANDI pro-aktif mempromosikan diri agar nama domain ".id" dapat digunakan oleh negara-negara lain.
PANDI kini mempunyai situs "domain.id," yang merupakan marketplace berbahasa Inggris untuk berjualan nama domain ".id."
"Kedua, cara lain yang sangat teknis bahwa kita harus mencari siasat bagaimana bekerja sama dengan mitra di luar negeri," kata Heru.
Selain itu, tahun ini, PANDI juga akan melakukan sejumlah kerja sama lanjutan dan baru yang akan dimulai terhadap perusahaan, lembaga/instansi, organisasi dan lainnya.
Pertama, kemitraan PANDI dengan Pengelola Nama Domain Australia (auDA), dan Pengelola Nama Domain Portugis (DNS.PT) untuk membentuk tim gabungan dalam proyek pengembangan pengelolaan domain .TL (nama domain Timor Leste) yang dimotori dan difasilitasi oleh APTLD (Asosiasi Pengelola Nama Domain Tingkat Tinggi Asia Pasifik).
Baca juga: Domain .id lebih tersedia dibanding .com
Baca juga: Ini biaya daftar domain .id terbatas, paling mahal Rp500 juta
Kerja sama lainnya adalah mendukung kegiatan yang berfokus pada cyber security melalui pendekatan multi-disiplin dalam acara yang diselenggarakan oleh VU University Belanda dan Universitas Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan sistem dan keamanan, PANDI melakukan penempatan server registri di data center yang lebih baik untuk mendukung terciptanya sistem dapat berjalan tanpa adanya gangguan sistem, sehingga membuat registran (pengguna) merasa aman.
Untuk dapat bersaing secara sistem dan teknologi, mulai 2020 PANDI sudah menggunakan sistem registri mandiri di mana semua sistem yang dijalankan adalah asli buatan lndonesia.
Pada 2020, PANDI juga berencana meluncuran PANDI Institute yang merupakan layanan edukasi kepada masyarakat yang dalam pelaksanaannya merupakan hasil kerjasama dengan mitra industri bersama pemerintah. Nantinya, PANDI Institute akan mempunyai layanan bagi masyarakat siber dunia, yang berskala global.
Baca juga: Lebih dari sekedar komoditas, nama domain internet identitas bangsa
Baca juga: Perluas pemasaran, PANDI siap gandeng lebih banyak mitra
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020