Komunikonten: Gus Sholah mandiri

3 Februari 2020 15:47 WIB
Komunikonten: Gus Sholah mandiri
Forum Pimpinan Komunikasi Daerah (Forkopimda) Jawa Timur membawa peti jenazah KH. Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah, di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Senin (03/02/2020). (Antara Jatim/Hanif Nashrullah)
Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo Wibawa Satria mengenal KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) sebagai seorang ulama yang mandiri.

Hariqo kepada wartawan di Jakarta, Senin, mengatakan pernah mengundang Gus Sholah untuk mengisi diskusi bertema "Gotong Royong Memperjuangkan Kepentingan Nasional lewat Media Sosial" di kantor MUI Kota Bogor.

"Gus Sholah menolak dijemput, menolak diantar, menolak honor, menolak diambilkan air minum, menolak merepotkan panitia. Saya tidak pernah nyantri sama 'njenengan' Gus Sholah, tapi 'njenengan' kiai saya," kata dia.

Dia mengatakan Gus Sholah datang sebelum acara dan pulang setelah panitia membereskan tempat. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu dengan halus menolak honor yang diberikan panitia.

"Dalam hati saya, jika honor diskusi beliau tidak menerima, apalagi honor mengisi pengajian," katanya.

Baca juga: Din: Gus Sholah tokoh pemersatu

Baca juga: Gubernur Jatim sambut kedatangan jenazah Gus Sholah

Baca juga: Ribuan pelayat sambut kedatangan jenazah Gus Sholah


Hariqo mengatakan terkesan dengan pembawaan tenang dari Gus Sholah yang menjawab kesediaan menjadi narasumber dengan kalimat, "Oke, saya dari Jombang ke Soetta langsung ke Bogor, mohon saya gak usah dijemput."

Menurut dia, menghadirkan Gus Sholah dalam diskusi tersebut adalah suatu kehormatan di tengah kebutuhan mendatangkan narasumber level nasional. Meski Hariqo bukan orang Nahdlatul Ulama nyatanya Gus Sholah sangat hangat terhadapnya.

Hariqo mengatakan belum pernah kenal secara langsung dengan Gus Sholah. Akan tetapi, ketika menghubungi secara pribadi adik mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu nampak rendah hati meski posisinya kiai kharismatik, ulama besar, cucu pendiri Nadhlatul Ulama, pengasuh pesantren terkenal Tebu Ireng, Jombang.

Dalam diskusi, kata dia, Gus Sholah mengatakan untuk melawan separatisme dan radikalisme harus dengan bahasa yang baik, santun dan argumen yang kuat.

"Apabila kita mampu menerima perbedaan di internal umat Islam, maka mudah kita menerima perbedaan di manapun juga. Keberagaman sudah ada sebelum kita dan bangsa ini lahir," kata Hariqo menirukan kalimat Gus Sholah.

"Kami yang menyaksikan terkesan sekali," kata dia menyanjung materi sang kiai.*

Baca juga: Ketua KPK sampaikan bela sungkawa atas wafatnya Gus Sholah

Baca juga: MUI Palu: Gus Sholah tokoh agama yang sangat toleran

Baca juga: Gus Sholah wafat, HNW: Bagai kehilangan guru bangsa dan panutan umat

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020