Pemerintah Kota Sabang dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset dan Teknologi menandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama, dalam upaya pengembangan sumber daya manusia dan pendampingan penelitian khususnya terkait antisipasi virus plasmodium knowlesi.sebagai kota wisata bisa saja terjangkit virus tersebut
Ruang lingkup nota kesepahaman ini mencakup penyelenggaraan penelitian virus malaria knowlesi dan hepatitis, penyelenggaraan kegiatan ilmiah, seminar, lokakarya, dan peningkatan pengembangan kompetensi SDM dalam kegiatan penelitian terhadap genetika populasi dan penyakit infeksi di Sabang.
Walikota Sabang Nazaruddin di Sabang, Senin mengatakan, kerja sama itu dilakukan dalam bentuk pengembangan SDM dan pendampingan penelitian pada penyakit malaria serta penyakit infeksius lainnya seperti DBD dan hepatitis.
“Pemerintah Kota Sabang melalui Dinas Kesehatan terus melakukan berbagai upaya dalam melakukan peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat," katanya.
Penandatanganan itu berlangsung di ruang kerja Walikota Sabang, bersama Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio dan turut hadir Asisten II Sekda Kota Sabang Kamaruddin dan pejabat lainnya.
Baca juga: Kemenkes Masih Teliti Jenis Malaria Baru
Baca juga: Kemenristekdikti tugaskan Lembaga Eijkman meneliti virus Zika
Kamaruddin menyebutkan kesepakatan ini merupakan salah satu inovasi yang bertujuan untuk mendeteksi dini terhadap penyebaran virus plasmodium knowlesi yang menginfeksi monyet.
Ia mengatakan, penelitian ini merupakan upaya pencegahan dan bukan berarti Kota Sabang telah terinfeksi virus tersebut. Penelitian itu merupakan inovasi Pemko Sabang dalam rangka mengantisipasi penyebaran virus itu.
"Sebagai kota wisata bisa saja terjangkit virus tersebut melalui wisatawan atau turis yang berkunjung ke Sabang, maka pencegahan dini perlu dilakukan untuk antisipasi,” katanya.
Menurut dia, kerja sama ini melibatkan berbagai instansi vertikal, terutama Kantor Kesehatan Pelabuhan, RSAL, dan beberapa instansi lainnya. Dalam hal ini Puskesmas dan rumah sakit yang menjadi ujung tombak pelaksanaan kegiatan di lapangan dalam menciptakan layanan kesehatan yang lebih baik.
Baca juga: Ahli sebut kelambu kurang proteksi masyarakat dari malaria
Baca juga: Eijkman: 2019-nCov jenis virus corona ke-7 menginfeksi manusia
Sementara itu, Prof Amin Soebandrio mengatakan tindak lanjut dari kerja sama bidang kesehatan dan kedokteran ini dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mendeteksi penyebaran virus dan melakukan pencegahan sejak dini.
Kata dia,
“Penelitian yang dikerjakan mencakup penelitian zoonosis malaria yaitu infeksi malaria yang awalnya menginfeksi hewan dalam hal ini infeksi plasmodium knowlesi yang menginfeksi monyet dan dapat menginfeksi manusia karena adanya faktor nyamuk pembawa yaitu nyamuk Anopheles," katanya.
Tambah dia, penelitian ini akan melibatkan beberapa Puskesmas di Kota Sabang seperti Puskesmas Sukajaya, Puskesmas Sukakarya, Puskesmas Iboih, dan Puskesmas Cot Ba’u.
“Diharapkan dengan penelitian bersama ini dapat tetap menjaga dan meningkatkan tahap pemeliharaan Kota Sabang yang telah mencapai tahap eliminasi malaria sejak 2014 lalu," katanya.
Baca juga: Peneliti: eliminasi malaria di Indonesia butuh cara baru
Baca juga: Mendagri minta kepala daerah berkomitmen eliminasi malaria
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020