Ia pun memaparkan program unggulan E-Party alias "partai berbasis teknologi informatika" sebagai strategi menghimpun pergerakan PAN menuju Pemilihan Presiden 2024 mendatang di Sekretariat DPP PAN Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Pandangan PAN soal kaderisasi berbasis dinasti partai politik
"Cara kampanye ke depan tidak lagi memakai cara konvensional. Maka saya akan menerapkan namanya E-Party. E-Party itu adalah partai yang berdasarkan informasi dan teknologi (teknologi informatika) sehingga komunikasi lebih gampang," ujar dia.
Ia mengatakan akan mengarahkan PAN untuk merancang pola komunikasi politik yang menarik minat milenial.
Baca juga: Pengamat: sulit bagi PAN untuk jadi oposisi
Apalagi pada 2024 itu, dia berpendapat angka pemilih milenial akan mencapai hampir 60 persen dari total pemilih yang ada saat ini.
Selama ini, ia melihat kematangan berpolitik pemilih usia muda di Indonesia sudah sangat baik. Oleh karena itu, ke depan program-program partai yang menjadi faktor penentu bagi partai meraup suara mereka.
"Maka dengan cara-cara modern (partai berbasis teknologi informatika) itulah nanti yang akan kami lakukan pendekatan-pendekatan terhadap pemilih," kata dia.
Saat ditanya tentang strategi menghadapi irisan basis pemilih dengan partai-partai yang mampu menghimpun suara umat Islam, dia mengatakan, ke depan pola-pola strategi yang lama akan coba diubahnya.
"(Faktor penentu) tidak lagi kelompok-kelompok yang berkotak-kotak itu, tetapi adalah rasionalitas. Nah, rasionalitas itulah yang akan kami bangun di PAN ke depan," ujar dia.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020