Masyarakat di sejumlah desa di sekitar Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah beraktivitas secara normal pascaerupsi dengan tinggi kolom 2.000 meter dari puncaknya pada Kamis pagi.belum ada laporan dari lapangan tentang hujan abu
Mereka antara lain menggarap areal pertanian sayuran, melakukan penambangan material galian C, ke pasar, ke sekolah, mencari pakan untuk ternak, dan merawat ternaknya.
Warga dari sejumlah desa di kawasan itu menyatakan tidak terjadi hujan abu pascaerupsi Gunung Merapi yang wilayahnya meliputi sejumlah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Baca juga: BPPTKG: Gunung Merapi alami erupsi dengan tinggi kolom 2.000 meter
Baca juga: Lima kali gempa guguran terjadi di Gunung Merapi
Koordinator Organisasi Pengurangan Risiko Bencana Desa Srumbung, Ahmad Muslim, mengatakan warga setempat beraktivitas seperti hari-hari biasa setelah keluarnya awan panas dari Gunung Merapi.
"Ada yang ke sawah, kegiatan di Pasar Sumbung juga ramai, kebetulan hari ini hari pasaran," kata Muslim yang juga Kepala Urusan Perencanaan Desa Srumbung itu.
Ia menyebut tidak terjadi hujan abu di desanya yang berjarak sekitar 12 kilometer arah barat daya puncak Gunung Merapi.
Sekitar pukul 07.10, puncak Gunung Merapi tidak terlihat dari desanya karena tertutup kabut.
Seorang pemuka warga Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Yatin, juga menyebut aktivitas warga yang tinggal di desa sekitar 10 kilometer barat daya dari puncak Merapi normal, antara lain bertani, mencari pakan ternak, merawat ternak, dan kayu bakar.
Di desa setempat, kata mantan Kades Ngargomulyo itu, juga tidak terjadi hujan abu.
"Tadi memang ada letusan, tetapi tidak berpengaruh terhadap aktivitas warga di sini, tidak panik seperti 2010 dulu (erupsi besar Merapi, red.)," katanya.
Baca juga: Gunung Merapi alami lima kali gempa guguran
Baca juga: Dokumen rencana kontingensi erupsi Merapi disahkan Pemkab Sleman
Seorang warga Dusun Grogol, Susanto, juga mengatakan masyarakat setempat beraktivitas seperti biasa setelah terjadi erupsi gunung tersebut. Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun berjarak sekitar 10 kilometer barat daya puncak Merapi.
"Tidak ada hujan abu, dari sini kelihatan puncak Merapi mengeluarkan asap tipis, kalau tadi memang terjadi letusan sekitar pukul 06.00 WIB," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto juga mengatakan hingga sekitar pukul 07.00 WIB belum ada laporan dari petugas dan relawan di lapangan tentang terjadinya hujan abu di desa-desa sekitar Gunung Merapi di wilayah itu.
"Belum ada laporan dari lapangan tentang hujan abu," katanya.
Baca juga: Warga diimbau jauhi radius 3 km dari puncak Merapi setelah erupsi
Baca juga: BPBD imbau warga jauhi aliran sungai antisipasi banjir lahar Merapi
Ia mengimbau warga kawasan Gunung Merapi tetap tenang dan mengikuti perkembangan informasi terkait dengan aktivitas gunung berapi itu yang dikeluarkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi di Yogyakarta melalui berbagai saluran resmi.
"Kalau memang terjadi hujan abu, segera gunakan penutup hidung, bisa masker atau lainnya. Ikuti informasi dari BPPTKG. Warga tetap tenang meskipun selalu waspada," katanya.
Akun Twitter Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang dipantau di Yogyakarta, menyebutkan bahwa awan panas letusan Gunung Merapi yang terekam di seismogram pada pukul 05.16 WIB memiliki durasi 150 detik dengan amplitudo 75 mm, sedangkan tinggi kolom erupsi sekitar 2.000 meter dan arah angin ke barat laut.
Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada Level II atau Waspada.
Untuk sementara, pihaknya tidak merekomendasikan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Baca juga: Kementerian ESDM minta masyarakat tidak panik terkait letusan Merapi
Baca juga: BPPTKG: Letusan Gunung Merapi berpotensi terus terjadi
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020