Wabah tersebut memicu pihak berwenang membatalkan Shalat Jumat di 23 ibu kota dari 31 provinsi di Iran, termasuk Teheran dan kota suci Muslim Syiah, Qom, dan Mashhad serta beberapa daerah terinfeksi lainnya, menurut stasiun TV pemerintah.
Kantor Berita IRNA menyebutkan Iran melarang warga China masuk ke negaranya.
Mereka yang tertular COVID-19 itu termasuk Wakil Presiden urusan Keluarga dan Perempuan Masoumeh Ebtekar dan Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi. Kasus Ebtekar disebutkan masih dalam skala ringan dan tidak dirawat di rumah sakit.
"Dalam 24 jam terakhir, kami telah mengkonfirmasi 106 kasus baru ... dengan jumlah kematian mencapai 26," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Kianush Jahanpur kepada stasiun TV pemerintah.
Pemerintah meminta masyarakat Iran menghindari "perjalanan domestik yang tak perlu."
Iran juga memberlakukan sejumlah pembatasan akses ke tempat suci di Qom dan Mashhad, kata Menteri Kesehatan Saeed Namaki kepada stasiun TV itu.
Ia menambahkan bahwa para pengunjung tempat itu harus "berdoa kemudian pergi." Pertemuan tak diizinkan di dalam tempat tersebut," katanya.
Otoritas Iran, termasuk Presiden Hassan Rouhani, pada Rabu (26/2) mengatakan bahwa Iran tak berencana mengkarantina kota atau distrik mana pun, meski terjadi lonjakan kasus corona dalam waktu singkat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran bentuk satuan khusus kendalikan COVID-19
Baca juga: Turki: 132 penumpang pesawat dari Iran akan dikarantina
Baca juga: Cegah COVID-19, Selandia Baru tolak kedatangan orang dari Iran
Penangguhan layanan umrah, Jokowi hargai keputusan Arab Saudi
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020