• Beranda
  • Berita
  • Orasi Menkes: Isu "stunting" prioritas untuk wujudkan Indonesia maju

Orasi Menkes: Isu "stunting" prioritas untuk wujudkan Indonesia maju

29 Februari 2020 19:15 WIB
Orasi Menkes: Isu "stunting" prioritas untuk wujudkan Indonesia maju
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto usai dikukuhkan menjadi keluarga besar kehormatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jatim. Pengukuhan ditandai dengan pemakaian jaket almamater kampus tersebut, Sabtu (29/2/2020). (FOTO ANTARA/HO-UMM/End)

"Stunting" berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto dalam orasi ilmiah mengemukakan isu "stunting" (kekerdilan anak)  menjadi prioritas demi mewujudkan Indonesia masuk dalam kategori maju.

"Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan," katanya dalam orasi bertajuk "Mewujudkan Indonesia Maju melalui Percepatan Penurunan Angka Stunting" di hadapan sebanyak 997 wisudawan Universitas Muhammaiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Sabtu.

Menurut Menkes kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun.

"Kekurangan gizi, selain disebabkan oleh masalah pangan, diperberat oleh adanya infeksi penyakit, baik menular maupun tidak menular, kemudian sanitasi yang buruk, ketersediaan air minum yang layak, serta pola asuh keluarga," katanya.

Upaya pencegahan terjadinya stunting, katanya, harus dilakukan pada 1.000u hari pertama kehidupan yang dimulai sejak ibu hamil sampai dengan anak berusia 2 tahun (golden period), yakni periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita.

"Dengan penanganan yang tepat pada 1.000 hari pertama kehidupan akan lahir dan tumbuh bayi yang terhindar dari gangguan gizi serta berkembang secara optimal," katanya..

Ia menyatakan Indonesia ingin punya SDM yang bebas riwayat stunting pada 2045. Secara bertahap, pemerintah terus berupaya menurunkan angka stunting tersebut. Pada 2013, angka stunting di Indonesia sekitar 37 persen dan pada 2019 turun menjadi 27 persen.

Pada kesempatan itu, Menkes mengatakan saat ini tingkat kecerdasan anak Indonesia berada di urutan 64 terendah dari 65 negara.

Dari pengukuran angka Human Capital Indeks (HCI) Indonesia saat ini adalah 0,53, artinya berdasarkan capaian pendidikan dan status kesehatan saat ini diperkirakan anak-anak Indonesia yang lahir sekarang 18 tahun kemudian hanya dapat mencapai 53 persen dari potensi produktivitas maksimumnya.

Saat ini HCI Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara di dunia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, sehingga anak lebih pendek dari usianya.

Ia menambahkan Bank Dunia mengeluarkan suatu pengukuran baru menggantikan Indeks Pembangunan Manusia yang dinamakan Indeks Modal Manusia atau Human Capital Indeks, yaitu suatu pengukuran investasi suatu negara bagi modal pembangunan manusianya.

Pengukuran itu, katanya, digunakan sebagai penentuan status pembangunan suatu negara.

Ada tiga pilar utama penyusun modal manusia generasi mendatang, di mana kesehatan merupakan salah satu pilar yang menilai ada tidaknya stunting, apakah anak-anak menyelesaikan sekolah dengan kesehatan yang baik, dan siap untuk tingkat pendidikan selanjutnya dan/atau bekerja, demikian Terawan Agus Putranto.

Baca juga: Menkes Terawan minta daerah kedepankan kearifan lokal tekan stunting

Baca juga: UMM kembangkan rumah sakit pendidikan utama

Baca juga: SiPicow, aplikasi pendeteksi penyakit sapi karya mahasiswa UMM

Baca juga: Cegah kanker nasofaring dengan resep "kacang mete" ala mahasiswa UMM

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020