Masker di Pontianak mulai sulit dicari

3 Maret 2020 09:55 WIB
Masker di Pontianak mulai sulit dicari
Vili salah seorang warga yang mau membeli masker di apotek. (ANTARA/Andilala)
Masker atau penutup mulut dan hidung untuk mencegah penyebaran penyakit mulai sulit dicari di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, setelah diumumkannya warga Depok, Jabar, tertular Covid-19 (corona virus).

"Banyak warga yang membeli masker sejak Covid-19 merebak dan ditambah lagi setelah diumumkan dua WNI yang positif terjangkit Covid-19," kata Desi salah seorang petugas apotek di Pontianak, Selasa.

Akibatnya, banyaknya permintaan dan stok barang menipis, sehingga membuat harga jual masker biasanya hanya Rp40 ribu/kotak, kini sudah Rp100 ribuan lebih/kotaknya.

Dia menambahkan pihaknya (apoteker) kini juga hanya dijatah sepuluh kotak masker per bulan.

Sementara itu, Vili salah seorang warga yang mau membeli masker di apotek mengatakan sudah mengecek di beberapa apotek untuk membeli masker, tetapi rata-rata kosong.

Baca juga: Ridwan Kamil imbau warga jangan panik borong masker dan sembako

Baca juga: Polda Metro deteksi indikasi penimbunan masker oleh toko daring

Baca juga: Polda Metro deteksi indikasi penimbunan masker oleh toko daring


"Saya mau membeli masker hanya untuk menjaga kesehatan saya dan keluarga dalam mencegah hal-hal yang tidak diinginkan" ungkapnya.

Hal senada juga dikatakan Peter. "Kami membeli masker hanya untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga dari berbagai penyakit menular lainnya," katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson telah melakukan tindakan medis dan mengawasi 16 orang warga Pontianak yang melaksanakan kunjungan wisata ke Korea Selatan.

Menurut Harisson, Dinkes Kalbar tidak melakukan karantina kepada 16 warga tersebut, karena sesuai prosedur yang dibuat oleh WHO, warga yang dikarantina adalah mereka yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri (negara yang terinfeksi Covid-19) dan mengalami gejala pneumonia ringan sampai berat.

Namun, jika warga yang melakukan kunjungan keluar negeri setelah diperiksa tidak menunjukkan gejala tersebut, maka mereka masuk dalam pengawasan dan tidak di karantina.

"Namun, kita tetap waspada, sehingga mereka tetap diawasi, karena dikhawatirkan bisa saja mereka menunjukkan gejala pneumonia dalam 14 hari ke depan," kata dia.*

Baca juga: Polisi ancam penimbun masker

Baca juga: Dinkes DIY: Warga tak perlu beli masker secara berlebihan

Baca juga: Gubernur Jabar: Penularan COVID-19 bukan di Depok

Pewarta: Andilala
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020