Para pemimpin Eropa harus bersatu di tengah penyebaran wabah virus corona di wilayah mereka.Kami akan memastikan bahwa ekonomi Eropa dapat mengatasi masalah ini,
Namun, mereka tidak sepakat mengenai langkah dasar untuk mengatasi krisis luar biasa ini.
27 pemimpin negara Uni Eropa, yang biasa bertemu langsung di KTT Brussel, melakukan konferensi video pada Selasa (10/3) setelah berhari-hari gagal menutup tingkat krisis dan berselisih mengenai bagaimana merespons wabah virus corona.
Presiden Emmanuel Macron mengusulkan Uni Eropa untuk menunjukkan solidaritas dan menggaungkan ucapan Mario Draghi, sebagai kepala Bank Sentral Eropa yang menyelamatkan euro dari jurang kehancuran pada 2012: "Apa pun yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sesuatu hal".
"Kami akan memastikan bahwa ekonomi Eropa dapat mengatasi masalah ini," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada konferensi pers setelah KTT.
Komisi Eropa dan Badan Eksekutif Uni Eropa akan menanam dana investasi sebesar 25 miliar euro (sekitar Rp412 triliun) dari sumber daya yang ada untuk menahan dampak wabah virus corona terhadap sektor-sektor ekonomi yang rentan.
Baca juga: PM Ceko sebut Italia mesti larang semua warganya melancong ke Eropa
Baca juga: Parlemen EU minta staf tetap di rumah setelah berpergian ke Italia
Namun, uang tunai untuk menanggulangi wabah virus corona tidak ada, ujar pejabat Uni Eropa. Hal ini memberikan keraguan pada tingkat efektivitas dalam membantu fiskal yang mengalami penurunan.
Negara-negara anggota Uni Eropa akan memakai 7.5 miliar euro yang belum dibelanjakan karena kerumitan birokrasi. Dana tersebut dapat digunakan untuk membantu perekonomian, ujar pejabat tersebut.
25 miliar euro akan tercapai dengan menambahkan "dana struktural" di bawah anggaran Uni Eropa saat ini.
Rencana tersebut tidak dibahas secara rinci selama konferensi video, tetapi akan dibahas pada pertemuan para menteri keuangan zona euro pada hari Senin.
Komisi juga menawarkan untuk memberikan panduan baru tentang bagaimana menafsirkan peraturan fiskal dan subsidi publik secara ringan. Hal ini memungkinkan Uni Eropa untuk memakai lebih banyak dana nasional dalam membantu ekonomi negara-negara anggota.
Banyak hal dipertaruhkan
Namun, perpecahan tentang pembagian peralatan medis yang diperlukan untuk melawan krisis kesehatan tampaknya tidak dapat diatasi.
Perancis, Jerman dan Republik Ceko menolak untuk mencabut pengendalian pada ekspor alat pelindung untuk menghindari kekurangan di dalam negeri. Meski ada permintaan resmi dari Italia yang kewalahan menghadapi jumlah terinfeksi dan kematian.
"Para pemimpin sepakat untuk meminta Komisi menganalisis kebutuhan dan membuat inisiatif untuk mencegah kekurangan," kata ketua pertemuan Charles Michel setelah konferensi video.
Eksekutif Uni Eropa sudah mengoordinasikan pengadaan peralatan bersama dalam pasokan jangka pendek.
Sebelumnya, Austria secara sepihak melanggar prinsip pergerakan bebas orang-orang Uni Eropa pada Selasa (10/3) dengan menolak masuknya orang yang datang dari Italia untuk memperlambat penyebaran penyakit.
Ini adalah kasus pertama pembatasan yang diberlakukan untuk pemegang visa Schengen yang bebas bepergian ke 26 negara Eropa sejak merebaknya virus tersebut. Seperti 2015, ketika gelombang migran dan pengungsi mendorong beberapa negara untuk menutup perbatasan mereka.
Perbedaan tajam mengenai masuknya migran membahayakan persatuan Uni Eropa.
Rencana Eropa telah berevolusi terlalu jauh dari tujuan semula yaitu dari saling ketergantungan ekonomi menjadi persatuan politik yang "semakin dekat". Keluarnya Inggris dari Uni Eropa baru-baru ini dipicu oleh sentimen semacam itu.
"Keadaan saat ini menjadi ujian bagi Uni Eropa," ujar Guntram Wolf, kepala lembaga riset Bruegel di Brussels." Anda sebaiknya menjalankan koordinasi ini dengan benar. Kalau tidak, warga akan sangat marah. Banyak hal yang dipertaruhkan. "
Respons terhadap epidemi sejauh ini sangat bervariasi di seluruh Uni Eropa, mulai dari berhentinya aktivitas warga di Italia dan larangan pertemuan publik di Prancis.
Michel mengatakan para pemimpin sepakat tentang perlunya pendekatan bersama, koordinasi yang lebih erat dengan Komisi Eropa dan konsultasi harian antara menteri kesehatan dan menteri dalam negeri.
Kapasitas Komisi Eropa untuk mengatasi krisis terbatas karena tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat sebagian besar terletak pada negara-negara anggota.
Baca juga: EU belum rencanakan pembatasan perjalanan Schengen terkait corona
Baca juga: Uni Eropa siap dukung penanganan COVID-19 di ASEAN
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020