Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah membukukan kerugian terbesar sejak krisis keuangan global 2008, diguncang oleh wabah Virus Corona serta upaya eksportir utama Arab Saudi dan sekutunya untuk membanjiri pasar dengan rekor pasokan.Ini adalah masalah perang harga minyak di tengah pasar yang menyempit
Harga minyak rebound setelah Amerika Serikat dan negara-negara lain mengisyaratkan rencana untuk mendukung ekonomi yang melemah.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei, naik 0,63 dolar AS menjadi ditutup pada 33,85 dolar AS per barel.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 0,23 dolar AS menjadi menetap pada 31,73 dolar AS per barel.
Baca juga: Bursa saham Inggris ditutup melonjak, Indeks FTSE 100 naik 2,46 persen
Tetapi minyak mentah Brent jatuh 25 persen dalam seminggu, penurunan mingguan terbesar sejak krisis keuangan global 2008. Minyak mentah WTI juga turun sekitar 23 persen dalam sepekan, persentase penurunan mingguan terbesar sejak 2008.
Kombinasi langka dari guncangan hebat pada pasokan dan permintaan telah menyebabkan pasar minyak mentah runtuh, karena produsen di seluruh dunia menguatkan diri sendiri untuk membanjiri pasar minyak secara tak terduga dalam beberapa minggu mendatang.
"Ini adalah masalah perang harga minyak di tengah pasar yang menyempit," kata pengamat energi AS Daniel Yergin, seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Bursa saham Spanyol pulih dengan Indeks IBEX 35 melambung 3,73 persen
Virus Corona memicu panik penjualan di seluruh pasar untuk sebagian besar minggu ini. Virus ini telah menginfeksi setidaknya 138.000 orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 5.000, mengganggu bisnis, pasar, dan kehidupan sehari-hari.
Produsen minyak utama memompa lebih banyak minyak mentah ke pasar ketika permintaan jatuh. Arab Saudi telah menyewa lebih dari 30 super tanker minyak mentah untuk mengekspor minyak dalam beberapa minggu mendatang, yang secara khusus menargetkan penyuling besar minyak Rusia di Eropa dan Asia, dalam peningkatan pertarungan dengan Moskow untuk pangsa pasar.
Goldman Sachs mengatakan sekarang memperkirakan rekor surplus minyak enam juta barel per hari pada April, di pasar global yang biasanya mengkonsumsi sekitar 100 juta barel per hari.
Baca juga: Minyak jatuh setelah Trump mengejutkan dengan pembatasan perjalanan
Berharap untuk paket stimulus AS yang dapat mengurangi guncangan ekonomi dari Virus Corona memberikan beberapa dukungan untuk pasar minyak dan saham pada Jumat (13/3/2020).
"Ada harapan bahwa semua stimulus akan menstabilkan ekonomi dan mengimbangi beberapa kekhawatiran tentang permintaan yang lebih lemah dan menjaga bagian-bagian ekonomi cukup kuat untuk mendukung harga minyak," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago.
Arab Saudi, pengekspor terbesar di dunia, dan Uni Emirat Arab menawarkan lebih banyak minyak kepada pelanggan setelah pembicaraan OPEC dengan Rusia dan lainnya mengenai pembatasan pasokan gagal pekan lalu.
Rusia, produsen terbesar kedua di dunia, tidak menunjukkan minat untuk menyetujui pembatasan produksi lebih lanjut dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak.
Produsen-produsen minyak Rusia bertemu dengan Menteri Energi Alexander Novak pada Kamis (12/3/2020) tetapi tidak membahas kembali tentang kesepakatan. Kepala Gazprom Neft mengatakan pihaknya berencana untuk meningkatkan produksi pada April, setelah pembicaraan.
Baca juga: Bursa saham Jerman ditutup naik, indeks DAX 30 terangkat 0,77 persen
Sebuah survei Reuters menunjukkan para analis memangkas perkiraan harga minyak mentah Brent menjadi rata-rata 42 dolar AS per barel pada 2020, dibandingkan dengan konsensus 60,63 dolar AS dalam jajak pendapat Februari.
Tetapi penurunan harga dapat mengurangi pasokan, dengan memaksa keluar produsen-produsen yang lebih mahal.
Perusahaan-perusahaan energi di Amerika Serikat, yang telah melonjak menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia karena booming minyak serpih, sedang bersiap untuk memotong investasi dan rencana pengeboran karena jatuhnya harga.
Jumlah rig pengeboran minyak AS naik untuk minggu kedua berturut-turut meskipun terjadi penurunan besar-besaran pada harga minyak dan gas alam minggu ini, dan banyak analis memperkirakan bahwa jumlah rig akan turun karena produsen memperdalam pemotongan pengeluaran.
Perusahaan menambahkan satu rig minyak dalam seminggu yang berakhir 13 Maret, sehingga jumlah total menjadi 683 rig, tertinggi sejak Desember, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan pada Jumat (13/3/2020).
Baca juga: Harga emas anjlok lagi 73 dolar, investor buru uang tunai
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020