"Tindakan lockdown belum diambil pemerintah karena lockdown artinya membatasi betulan suatu wilayah atau daerah dan itu memiliki implikasi ekonomi, sosial dan keamanan. Maka dari itu kebijakan itu belum bisa diambil saat ini," kata Profesor Wiku dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu.
Pemerintah, kata pakar kebijakan kesehatan itu, tetap mendorong terjaganya aktivitas ekonomi dan sosial dengan masyarakat harus melalukan aktivitasnya dengan modifikasi.
Hal itu harus dilakukan karena masih banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan penghasilan dari upah harian yang menjadi salah satu pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijakan.
"Itu juga menjadi salah satu kepedulian pemerintah supaya aktivitas ekonominya tetap bisa berjalan, karena dengan lockdown orang akan berada di rumah semuanya maka aktivitas ekonomi akan sulit untuk berjalan dan itu secara ekonomi berbahaya," kata akademisi Universitas Indonesia itu.
Baca juga: Mendagri: Tujuh hal harus dipertimbangkan untuk "lockdown" wilayah
Baca juga: Kemenko Perekonomian serahkan keputusan "lockdown" ke pemerintah
Pemerintah lewat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengimbau masyarakat untuk terus melakukan social distance atau menjaga jarak sosial.
Wiku mengataka jika memungkinkan masyarakat harus menghindari aktivita di tengah kerumunan orang banyak. Dia juga menekanan pentingnya menggunakan masker di tempat ramai bagi yang sakit.
Selain itu menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan perlu dilakukan dan hindari bersentuhan dengan orang seperti berjabat tangan.
Sebelumnya, juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan jumlah kasus positif penyakit yang disebabkan virus corona baru itu sudah mencapai 172 orang.
Penambahan kasus positif terbanyak ada di provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kepulauan Riau.
Dari 172 kasus tersebut, 5 orang meninggal dunia dan 9 orang dinyatakan sembuh per Selasa (17/3).
Baca juga: TNI-Polri perlu dilibatkan atur "social distancing" redam corona
Baca juga: Pendekatan "social distancing" perlu dikedepankan ketimbang "lockdown"
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020