Banyak orang membuat akun baru di Internet, membaca berita lebih sering, menonton lebih banyak video, dan melihat media sosial hampir setiap saat. Hal-hal tersebut merupakan cara yang menyenangkan untuk tetap terhubung dengan orang lain selama terpisah jauh secara fisik.
Namun banyak yang tidak menyadari aktivitas online mereka tidak terlepas dari risiko keamanan data pribadi.
Berikut cara mudah menjaga privasi data di internet selama physical distancing dari Mozilla.
Baca juga: Microsoft akan hilangkan password ratusan juta pengguna Windows 10
Baca juga: Tips memilih kata sandi yang aman
1. Password unik dan kuat
Pengguna Internet harus membuat akun dan kata sandi baru untuk dapat mengakses aplikasi streaming film atau pesan makanan atau kebutuhan secara online untuk pertama kalinya.
Memang menggoda untuk menggunakan kata sandi yang mudah, seperti "belanja123," tetapi akan lebih cerdas jika pengguna menggunakan kata sandi yang kuat.
Kata sandi yang lemah dapat lebih mudah ditebak atau dibobol melalui serangan brutal atau “brute-force attacks” lewat jaringan internet. Kata sandi yang kuat adalah garis pertahanan terhadap upaya peretasan dan akses yang tidak sah atau tidak memiliki izin pada akun Anda.
Anda sebaiknya tidak menggunakan kata sandi lama, dengan anggapan bahwa toko kebutuhan online yang dikunjungi tidak akan mudah diretas.
Pada kenyataannya, setiap akun rentan untuk diretas, dan pengguna harus melindunginya dengan kata sandi yang unik.
Jika Anda menggunakan kata sandi yang sama pada akun berbelanja seperti yang digunakan pada akun sebelumnya yang pernah dibobol, pelaku kejahatan akan dapat mengakses akun baru. Penggunaan kembali kata sandi adalah masalah keamanan yang mudah dihindari.
Ketika menyiapkan sebuah akun baru, "password manager" dapat membantu pengguna memilih kata sandi yang kompleks dan unik, disimpan secara aman dan tersedia saat dibutuhkan.
Baca juga: LinkedIn batalkan jutaan "password" palsu
Baca juga: Teknologi keamanan makin canggih, konsumen sering lupakan kata sandi kuat
Baca juga: Google uji coba sistem login tanpa kata sandi
2. Setop yang mencurigakan
Malware dan phising merupakan bentuk ancaman terhadap keamanan di dunia maya yang terus-menerus terjadi, dan kita semua rentan terhadap ancaman-ancaman tersebut.
Phishing adalah penipuan melalui surel yang dilakukan dengan menyamar menjadi pemberi layanan, seseorang atau perusahaan yang pengguna percayai.
Sedangkan “Spear phishing” adalah jenis penipuan yang lebih handal dan memiliki target yang spesifik. Selain itu, penipuan jenis ini menggunakan informasi atau data yang lebih detail untuk menipu korban.
Baca juga: "Malware" soal virus corona terbanyak di Bangladesh, kalau Indonesia?
Baca juga: Ginp Trojan menyamar jadi aplikasi deteksi virus corona
Penipuan seperti ini biasanya dilakukan melalui surel, tapi bisa juga terjadi lewat telepon, dengan mengaku sebagai perwakilan dari bank atau kartu kredit yang digunakan, lembaga keamanan, lembaga kesehatan, dan organisasi lainnya.
Penipuan juga kadang terjadi dalam bentuk pesan singkat dengan menyertai sebuah tautan atau link yang tidak jelas.
Tujuan dari kejahatan ini adalah agar para korban tanpa sadar memasukkan kata sandi ke dalam situs web palsu, mengunduh program malware yang dapat menginfeksi perangkat korban melalui lampiran seperti gambar atau dokumen, atau meminta korban untuk memberikan informasi personal yang lebih detail untuk dapat mengakses ke akun mereka.
Jika menemukan hal mencurigakan, jangan klik dan jangan masukkan kata sandi, kode otentikasi atau informasi pribadi (seperti tanggal lahir, no identitas, rincian bank atau kartu kredit) di mana pun kalau Anda curiga.
Baca juga: Aplikasi pedulilindungi.id dinilai rawan malware
Baca juga: Waspada, peta online palsu virus corona berisi malware
Tanda-tanda email atau pesan yang mencurigakan antara lain menampilkan kesalahan tata bahasa atau ejaan, tampak mendesak atau mengejar waktu, alamat “Dari” pengirim tidak terlihat lazim, menjanjikan sesuatu yang tampaknya tidak realistis, meminta pengguna untuk masuk atau log in melalui surel, dan meminta pengguna untuk membuka atau mengunduh dokumen yang tidak dikenal.
Baca juga: Hati-hati malware berkedok film nominasi Oscar
Baca juga: Ini daftar 10 selebritas paling berbahaya di Internet 2019
3. Cek ulang
Saat ini, pengguna Internet harus membaca berita dengan hati-hati. Hal tersebut disebabkan banyaknya misinformasi dan berita hoax yang beredar di Internet.
Di masa-masa sekarang, pengguna internet cenderung menjadi kurang bijak dalam memilih dan membagikan berita.
Agar terhindar dari misinformasi selama pandemi COVID-19, Anda dapat mempelajari pemahaman dasar dari penyakit tersebut, mengbaikan semua konten yang mengatakan bahwa penyakit tersebut telah direncanakan, membuktikan semua gambar dan video yang beredar.
Anda juga harus mengecek kembali data mengenai kasus, jumlah korban dan tingkat kematian, menghindari membagikan metode pencegahan dan pengobatan penyakit tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan sumber resmi, dan mencari info mengenai hal-hal yang belum diketahui.
Baca juga: Waspada, peta online palsu virus corona berisi malware
Baca juga: Gmail sekarang lebih pintar deteksi "software" jahat di lampiran
Baca juga: Malware mengintai di balik informasi soal virus corona
4. Perbarui software dan aplikasi
Memperbarui software di komputer, tablet dan smartphone penting untuk dilakukan agar perangkat tetap aman.
Pembaruan tersebut dapat memperbaiki bugs, kerentanan software dan masalah keamanan. Memperbarui aplikasi di smartphone dan sistem operasi secara rutin membuat perangka lebih aman.
Lebih baik lagi jika pengguna dapat memperbaruinya dengan otomatis. Pengguna dapat menyalakan pengaturan pembaruan otomatis di komputer, browser, aplikasi dan smartphone, sehingga tidak tertinggal pembaruan yang baru tersedia.
Baca juga: Pakar: Perangkat IoT paling rawan terhadap malware
Baca juga: Ancaman siber pada 2020, AI malware dan serangan ke aplikasi populer
Baca juga: Malware berkedok Grammy 2020 menyebar di internet
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020