Hidup dalam bayangan Covid-19

16 April 2020 13:42 WIB
Hidup dalam bayangan Covid-19
Fairuz Abadi Alwi (47), WNI diduga terjangkit COVID-19 di London, Inggris, sedang jalani isolasi mandiri. Satgas Covid-19 dari KBRI London sempat menghubungi Agam dan memberi dukungan moral. (ANTARA/Agam)

Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di London, Inggris Fairuz Abadi Alwi (47) sudah sejak dua minggu melakukan karantina mandiri karena sejak akhir bulan Maret sepulang dari tempat bekerja badannya merasa lemas dan nafasnya terengah-engah, bahkan untuk berdiri selama satu menit sudah tidak tahan.

“Saya merasa mulai kena virus Covid-19 pada hari Senin tanggal 30 Maret, saat bangun pagi badan terasa sakit semua kepala pusing,” ujar Fairuz kepada Antara London, Kamis.

Setelah melakukan karantina mandiri selama lebih dari 10 hari, Fairuz dalam akun facebook yang dikenal dengan nama Agam Fairuz DeBrandan pun menulis dalam laman facebook nya.

“Kawan-kawanku yang baik dan Budiman di manapun kalian berada. Sudah berjalan 11 hari badan terasa letih sakit semua susah bernafas kepala pusing dengan panas yang tinggi dan ini terus berlangsung sampai sekarang entah apa apa ini namanya? Apakah itu flu biasa atau COVID-19 karena tidak ada tes sama sekali tapi anggaplah COVID-19 karena gejalanya mengarah kepada COVID-19.

“Saya hanya minta doa mudah-mudahan penyakit ini segera diangkat dan dikembalikan kesehatan semula seperti sedia kala.

“Saya juga berpesan buat kalian semua jaga diri baik-baik hindari berkumpul bila tidak perlu, keluar rumah bila tidak perlu karena sekali kena ???!!! habis badan kita dimakan karena tidak akan masuk satu butir nasi pun ke dalam tubuh dan gendang nya cuma dua hidup atau mati.

Demikian tulis Fairuz di Facebook yang dikenal dengan sapaan Agam dan mendapat banyak sambutan dan doa dan minta rekan-rekannya untuk tetaplah di rumah jaga diri dan keluarga dari virus berbahaya ini doakan cepat berlalu. Tetaplah berpikiran positif dan jangan lupa penuhi nutrisi dan vitamin.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, tulisnya.

Baca juga: Ngopi Bareng Virtual cara KBRI London edukasi WNI saat wabah COVID-19

Baca juga: Di tengah pandemi corona, Inggris izinkan WNI masuk dengan Visa Waiver



Bikin ciut

Ternyata bayangan terkena virus Corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan itu membuat hati seorang Fairuz berbadan tegap itu pun merasa ciut, bagaimana tidak jumlah orang di Inggris yang kena COVID-19 dan meninggal dunia dalam satu hari bisa mencapai ratusan orang.

Sampai saat ini di Inggris yang meninggal dunia karena COVID-19 sudah mencapai 12 ribu orang dan tampaknya akan terus bertambah.

Bahkan virus yang bisa mematikan ini tidak pandang bulu. Seorang putra Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles dan PM Inggris Boris Johnson pun terkena virus Corona yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi global.

Senior Lecturer in Public Health, University of Derby, UK, Dono Widiatmoko kepada ANTARA London, menyebutkan COVID-19 sudah menjadi bencana global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tanggal 11 Maret 2020 mendeklarasikan penyakit COVID-19 sebagai penyakit global, ujar Pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Penyakit disebabkan oleh virus SARS-COV-2, yang awalnya disebut penyakit Corona, bermula dari tingginya kasus pneumonia yang dilaporkan di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019 yang lalu, penyakit ini sudah menyebar ke berbagai penjuru di dunia.

Sejak Fairuz memposting kisahnya, doa dan dukungan pun berdatangan ke laman facebook, ayah dua putra yang masih kecil dari hasil perkawinannya dengan perempuan asal Perancis itu, pun memberinya semangat untuk hidup.

“Teman teman, mohon doanya, ya, buat sahabat kami, Agam Fairuz DeBrandan, semoga beliau dapat melalui masa-masa krisis nya melawan covid-19 ... Semoga lekas sembuh, beliau dalam masa isolasi di UK, London," tulis rekannya dari Indonesia.

"Agam Fairuz DeBrandan, nak bacakan ayat2 Yasin ini sebanyak kemampuan, kemudian tadahkan kedua tanganmu ' mulai bermohon kesembuhan oleh Allah swa.

Tetap lawan ya— feeling sad with Agam Fairuz DeBrandan." Tulis rekan Agam, tampaknya dari Malaysia.

“Ya Allah,Tuhanku, Tuhan manusia, Saya Memohon Kepada-MU hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan kepada Agam Fairuz DeBrandan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri." Tulis rekan Agam lainnya.

Baca juga: KBRI Manila jemput 6 WNI Jamaah Tabligh dari Basilan, Filipina Selatan

Baca juga: KBRI Kuwait distribusikan pangan bagi WNI di tengah "lockdown"



Key worker

Rekan-rekan Fairuz pun mengharapkan kesembuhan dan menyampaikan pesan-pesan yang menyemangati Fairuz yang bekerja sebagai key worker di kota London yang bersinggungan dengan masyarakat di kota yang cukup sibuk itu untuk cepat sembuh.

Menceritakan perasaan saat-saat menghadapi kritis, Fairuz pun merasa ciut juga.

“Bagi saya ada dua pilihan yang harus saya lewati di masa masa krisis dengan penyakit yang mungkin juga COVID-19 (yang) menyebabkan banyak kematian ini atau kalau tidak Survive atau selamat sama sekali saya yang kalah dan berakhir kematian,” ujar anak kedua dari empat bersaudara.

Pria berdarah Aceh-Jawa yang di rumah biasa dipanggil Agam yang hijrah ke Inggris sejak November 2006, lulusan fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta ini, sebelum hijrah ke Inggris pernah bermain film di serial Angling Darma dan Misteri Gunung Merapi dan membintangi beberapa iklan televisi dan cetak.

“Waktu itu saya masih terikat kontrak dengan MD production striping untuk sinetron lepas 200 episode Rahasia ILAHI," ujar Agam yang menikah dan bergabung dengan sang istri akhirnya meninggalkan dunia gemerlap di tanah air untuk menempuh hidup baru dan dunia baru bersama sang istri di Inggris.

“Saya tetap optimis karena satu-satunya yang dapat mengalahkan sakit ini adalah optimisme dalam diri bahwa kita mampu melawan virus penyakit ini,” ujar Agam dengan memperbanyak asupan vitamin dan makanan walaupun selera makan jauh berkurang dan bahkan berat badannya turun sampai tujuh kilo.

Apalagi seminggu setelah badannya meriang kemudian suhu badan mulai naik antara 39 dan 40, batuk sedikit berdahak kecoklat-coklatan. Pada tahap ini kepala berat sekali sampai untuk berdiri satu menit pun tidak sanggup dan nafas mulai pendek satu persatu. Pada hari ke-7 juga nafsu makan perlahan-lahan sudah mulai hilang, ujar Agam yang sempat menghubungi rumah sakit.

Baca juga: WNI sembuh COVID-19 di Singapura terus bertambah

Baca juga: 21 WNI positif COVID-19 di wilayah kerja KJRI New York



Isolasi diri

Sayangnya rumah sakit di kota London sudah sibuk dengan terus bertambahnya penderita yang terjangkit virus corona yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan.

Petugas National Health Service (NHS) di Inggris --yang memberikan layanan kesehatan secara nasional-- saat dihubungi Agam, hanya minta ia melakukan isolasi diri dan untuk mengatasi panas badan ia diminta minum paracetamol.

“Alhamdulillah berkat doa sahabat-sahabat semua hari ini saya sudah mulai menunjukkan gejala sedikit lebih baik dari kemarin tapi yang tertinggal badan rasanya masih lemas bahkan untuk berdiri satu menit saja masih ngos-ngosan,” ujar Agam.

Satgas COVID-19 dari KBRI London pun sempat menghubungi Agam dan memberi dukungan moral.

“Saya dihubungi dan tetap memberikan update ke Satgas OVID-10 KBRI,” ujar Agam yang mengaku dari KBRI menawarkan bantuan baik moril maupun materiil berupa obat-obatan alat-alat sanitasi masker dan lain-lain.

Menurut Agam, Satgas COVID-19 KBRI London juga menawarkan bantuan obat-obatan dokter tersedia bila ingin konsultasi. “Tapi mereka juga punya standar operasional prosedur tidak bisa langsung mendatangi pasien karena untuk keamanan.

Padahal sebelumnya Agam juga sudah sempat menghubungi hotline 111 yang mengatakan bahwa memang tidak ada tes selama dua bulan ini dari pemerintah Inggris.

Secara pasti Agam masih tidak tahu apakah ini COVID-19 atau bakteri, tapi kalau dilihat dari gejalanya kurang lebih sama dengan penderita COVID-19. Apalagi sejak 30 tahun lalu Agam tidak pernah sakit  dan baru kali ini ia mengalaminya dan sakit yang luar biasa, tak bisa bangkit dari tempat tidur.

Agam mengaku sebagai key worker sudah menjadi risiko terkena virus Corona, apalagi ia bekerja di salah satu Stasiun tersibuk di kota London yang tetap melayani Key worker yang lain.

Di Inggris, sejak diberlakukan lockdown hanya key worker seperti pegawai supermarket, apotik dan termasuk pekerja di panti jompo yang boleh tetap bekerja sementara pekerja lain diminta untuk tetap bekerja di rumah.*

Baca juga: KBRI Washington gelar penyuluhan kesehatan mental bagi WNI lansia

Baca juga: KBRI Paris terus fokus lindungi WNI di tengah pandemi COVID-19

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020