"Pemprov Jabar bersungguh-sungguh memastikan PSBB di Bandung Raya berjalan optimal. Hal itu terlihat dalam Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Pedoman PSBB di Bandung Raya," kata Daud Achmad, Minggu.
Ia menyatakan PSBB Bandung Raya sangat krusial dalam memutus rantai penyebaran dan penanggulangan COVID-19, Pergub yang berisi 27 pasal itu mencakup sejumlah aspek, seperti pelaksanaan PSBB dan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk selama PSBB.
Baca juga: Menkes setujui PSBB Tegal dan Bandung Raya
Baca juga: Gubernur: PSBB Bandung Raya disetujui mulai 22 April 2020
"Pergub itu menegaskan bahwa semua kegiatan belajar, bekerja, dan beribadah harus dilaksanakan di rumah, kecuali institusi pendidikan, lembaga pendidikan, pelatihan, penelitian yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, semua jenis layanan pemerintahan, BUMN atau BUMD yang bergerak dan turut dalam penanganan COVID-19 dan atau dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat," kata Daud.
Pelaku usaha yang bergerak pada sektor kesehatan, bahan pangan/makanan/minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar utilitas publik dan industri yang ditetapkan sebagai objek vital nasional dan objek tertentu, dan kebutuhan sehari-hari, masih dapat beroperasi selama PSBB.
Semua institusi, instansi, dan sektor itu tetap harus menerapkan protokol pencegahan penyebaran COVID-19, seperti menjaga jarak para karyawan yang bekerja, mengecek suhu tubuh karyawan sebelum memulai pekerjaan, memastikan semua orang memakai masker, dan rutin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan pembunuh kuman.
"Pimpinan tempat kerja wajib melarang karyawannya yang mempunyai penyakit yang dapat berakibat fatal apabila terpapar COVID-19, seperti karyawan yang memiliki tekanan darah tinggi, pengidap penyakit jantung, penderita penyakit paru-paru, ibu hamil, dan karyawan yang usianya lebih dari 60 tahun," kata Daud.
Pelaku usaha yang bisa beroperasi selama pembatasan sosial harus turut menjaga stabilitas ekonomi dan menjaga kemampuan daya beli masyarakat, salah satunya dengan tidak menaikkan harga barang. Kemudian, pelaku usaha mewajibkan karyawan dan pembeli menggunakan masker.
Baca juga: Gubernur: Surat pengajuan PSBB Bandung Raya sudah dikirim ke Kemenkes
Pembatasan Moda Transportasi
Daud mengatakan Pergub Jabar Nomor 30 Tahun 2020 juga menekankan moda transportasi yang boleh atau tidak boleh beroperasi selama PSBB. Semua layanan transportasi udara, laut, kereta api, dan jalan raya diperbolehkan beroperasi dengan pembatasan jumlah penumpang. Begitu juga dengan transportasi untuk layanan kebakaran, layanan hukum, barang/logistik kesehatan, dan ketertiban.
Penggunaan mobil maupun sepeda motor dijelaskan secara rinci dalam Pergub, misalnya penggunaan mobil maupun sepeda motor pribadi hanya untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan aktivitas yang diperbolehkan selama PSBB, melakukan disinfeksi kendaraan, menggunakan masker, dan tidak berkendara jika sedang mengalami suhu badan di atas normal atau sakit.
"Pemenuhan kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi kegiatan penyediaan, pengolahan, maupun pengiriman bahan pangan, energi, komunikasi dan teknologi, keuangan atau perbankan dan sistem pembayaran, serta logistik," ucap Daud.
Baca juga: Food Station kerja sama pengusaha bahan pokok penuhi kebutuhan PSBB
Khusus penggunaan mobil pribadi, lanjutnya, penumpang maksimal setengah dari kapasitas kendaraan. Itu dilakukan agar PSBB di Bandung Raya berjalan optimal. "Kami berharap semua masyarakat mematuhi peraturan yang sudah dibuat agar PSBB yang diberlakukan dapat memutus rantai penyebaran COVID-19," tambahnya.
Namun begitu, Pergub tetap memberikan kewenangan kepada bupati/wali kota untuk membuat petunjuk teknis yang mengatur hak dan kewajiban penduduk selama PSBB berlaku. "Aturan yang lebih spesifik dan teknis akan diatur serta harus mengikuti pada peraturan wali kota dan bupati," kata Daud.
Selain Pergub, Gubernur Jabar Ridwan Kamil membuat Keputusan Gubernur Nomor 443/Kep-240-Hukham/2020 tentang Pemberlakuan PSBB di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dalam rangka percepatan penanganan COVID-19.
Baca juga: Organda DKI pertanyakan ketegasan pemerintah soal transportasi di PSBB
Baca juga: Masyarakat Transportasi Indonesia tidak sepakat KRL dihentikan
Kepgub memutuskan empat diktum. Diktum pertama menyebut masa pemberlakuan PSBB 22 April-5 Mei 2020. Sementara diktum ketiga menyatakan pemberlakuan PSBB dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti penyebaran COVID-19.
Warga harus patuh
Pergub dan Kepgub harus pula disertai dengan kepatuhan dan kedisiplinan warga dalam menjalankan PSBB supaya mata rantai penularan dan penanggulangan COVID-19 bisa tertangani.
Daud meminta masyarakat di wilayah Bandung Raya mematuhi protokol kesehatan selama berlangsungnya PSBB, antara lain disiplin mengenakan masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, membatasi kegiatan, tidak berkerumun dan meniadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat massal.
"Kembali saya ingatkan, keberhasilan pemberlakuan PSBB, salah satunya dengan disiplin melakukan "physical maupun social distancing". Lalu, kita menghindari kerumunan atau kita jangan sampai membuat kerumunan yang bersifat massal," imbuhnya.
Selain itu, Daud mengatakan bahwa pemberlakuan PSBB Bandung Raya akan disertai dengan rapid diagnostic test (RDT) masif.
Baca juga: PSBB di Jakarta berdampak penurunan arus transportasi Kota Tangerang
RDT masif dapat menunjang keberhasilan PSBB Bandung Raya karena tujuan PSBB untuk memutus rantai penularan, merawat dan mengobati penderita COVID-19.
"Pelaksanaan PSBB Bandung Raya ini juga akan diiringi dengan pengetesan masif untuk memetakan penyebaran COVID-19. Mari taati aturan yang ada. Mari ikuti semua imbauan pemerintah. Mari jalankan semua prokotol kesehatan. Jika itu dilakukan, Anda berkontribusi besar menanggulangi COVID-19 di Jabar," katanya.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020