Perjuangan 'kartini' di tengah pandemi COVID-19

21 April 2020 21:39 WIB
Perjuangan 'kartini' di tengah pandemi COVID-19
dr Elfi Yennie Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Batanghari.

Seluruh golongan dan kalangan masyarakat saat ini disibukkan dengan wabah COVID-19, bahkan wabah ini menjadi perhatian masyarakat dunia.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah dan memutus mata rantai penyebaran virus corona tersebut. Dimana saat ini virus tersebut telah merenggut ratusan ribu nyawa masyarakat di berbagai belahan dunia. Di Indonesia per tanggal 21 April 2020, sudah ada 590 orang yang meninggal karena terinfeksi virus tersebut.

Virus yang memiliki tingkat penyebaran tinggi melalui sesama manusia tersebut menjadi momok bagi masyarakat. Seketika aktivitas masyarakat terhenti, melemahkan perekonomian.

Bidang kesehatan menjadi salah satu garda terdepan untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Jika kondisi tersebut tidak bisa diatasi dan terus berlarut-larut, bukan tidak mungkin, Indonesia akan alami resesi.

Di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, dr Elfi Yennie Kepala Dinas Kesehatan kabupaten itu merupakan salah satu sosok aktif mencegah dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di daerah itu bersama dengan pihak terkait yang tergabung dalam gugus tugas COVID-19 Batanghari.

Baca juga: Ditpolairud Polda Jambi bagikan sembako di perairan sungai Batanghari

Baca juga: Wisma PKK Batanghari disiapkan untuk ruang isolasi tambahan pasien



Langkah pencegahan

Seluruh bidang kesehatan di daerah itu menjadi tanggung jawab wanita kelahiran Batusangkar, 30 Januari 1968 silam. Pandemi COVID-19 tersebut mengubah seluruh aktivitas petugas kesehatan di daerah itu. Seluruh bidang dituntut untuk lebih tanggap terhadap pencegahan penyebaran COVID-19.

“Kita tidak pernah menyangka akan hadirnya wabah ini, dan bagaimanapun juga kita harus siap dengan keadaan ini,” kata dr Elfi Yennie

Ada dua kegiatan pokok yang menjadi fokus percepatan pencegahan penyebaran COVID-19 yang diutamakan Dinas Kesehatan daerah itu, yakni mencegah penyebaran virus dan melakukan upaya dalam menangani masyarakat yang terdampak virus tersebut.

“Khusus di Dinas Kesehatan ada tiga hal pokok yang dilakukan dalam percepatan pencegahan penyebaran COVID-19,” kata dr Elfi.

Tiga hal pokok tersebut adalah mencegah, mendeteksi dan merespon. Dijelaskan-Nya, mencegah dapat dilakukan dengan menjaga jarak fisik.

Tidak mudah mensosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat, karena tidak sedikit masyarakat yang mengabaikannya.

Terutama mensosialisasikan kepada masyarakat bagaimana cara menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat karena masyarakat acap mengabaikan hal tersebut. Sementara perilaku tersebut merupakan pintu gerbang penularan COVID-19.

Mendeteksi adalah menekankan kepada petugas Kesehatan untuk melakukan surveilans, mendeteksi warga yang masuk dalam golongan orang dan pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) hingga mendeteksi pasien positif COVID-19.

“Jika ada yang terkonfirmasi positif COVID-19, maka wajib dilakukan penelusuran dan melacak masyarakat yang melakukan kontak dengan pasien tersebut,” kata dr Elfi.

Penelusuran kontak tersebut dilakukan bersama Gugus Tugas COVID-19. Tidak hanya penelusuran kontak, namun turut dilakukan pengawasan dan pemantauan terhadap warga atau masyarakat yang memiliki riwayat perjalanan dari luar daerah, terlebih jika riwayat perjalanannya dari daerah zona merah.

Terkait dengan respon, dr Elfi harus memastikan bahwa fasilitas Kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan fasilitas Kesehatan lainnya siap melakukan penanganan terhadap masyarakat yang memiliki gejala terinfeksi COVID-19, mulai dari alat pelindung diri, fasilitas Kesehatan hingga petugas kesehatan yang akan melakukan pemeriksaan.

Dia tidak menampik bahwa terdapat sejumlah kendala dalam penanganan COVID-19 tersebut, namun hal itu tidak menjadi penyebab melemahnya semangat petugas dalam mencegah penyebaran virus tersebut.

Salah satu kendalanya adalah ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi petugas. Karena APD yang akan digunakan oleh petugas memiliki tingkatan (level). APD petugas pemeriksaan gejala awal berbeda dengan petugas yang melakukan perawatan terhadap pasien PDP maupun pasien positif COVID-19.

“Kita tetap semangat bekerja agar wabah ini cepat berlalu,” kata dr Elfi.

Baca juga: Jambi sahkan ranperda penyelenggaran perlindungan anak dan perempuan

Baca juga: Yohana: butuh kampanye masif putus rantai kekerasan



Antara keluarga dan tugas

Selaku Kepala Dinas Kesehatan, ibu rumah tangga dan kodratnya sebagai seorang wanita, menjadikan dr Elfi memegang beban yang cukup berat. Selaku kepala Dinas Kesehatan Ia harus mampu menjalankan tugasnya dengan baik untuk melakukan pencegahan penyebaran COVID-19.

Sebagai ibu rumah tangga yang memiliki suami dan anak, Ia juga harus mampu meluangkan waktunya untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga. Di sisi lain,  sebagai seorang wanita terkadang Ia butuh waktu sebagai seorang perempuan.

“Intinya harus pintar-pintar membagi waktu,” kata dr Elfi.

Saat berada di rumah, Ia memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk memasak makanan kesukaan anggota keluarganya. Karena suami dan anak-anaknya memiliki makanan kesukaan masing-masing.

Bisa memasak makanan kesukaan anggota keluarganya merupakan sesuatu yang sangat berarti.

Ia tidak menampik bahwa tanggung jawabnya sebagai seorang Kepala Dinas lebih menyita waktunya bersama keluarga. Terlebih saat menghadapi wabah COVID-19 seperti saat ini.

“Kalender kita sudah tidak ada merahnya, hitam semua. Namun ini untuk kepentingan bersama, agar Kesehatan masyarakat terlindungi dan terjaga,” kata dr Elfi menjelaskan.

Dibalik wabah COVID-19 tersebut, Ia mengambil hikmahnya, dimana saat ini seluruh anggota keluarganya dapat berkumpul karena kedua anaknya yang menjalani pendidikan di luar daerah dapat berkumpul bersama sehingga memberikan energi lebih untuk menjalani tugasnya melindungi masyarakat dari wabah virus tersebut.

Baca juga: Ribuan set APD disalurkan insan kehutanan Jambi tangani COVID-19

Baca juga: Pasien 01 Provinsi Jambi dinyatakan sembuh dan bisa pulang



Petugas medis wanita

Dia tidak menampik bahwa petugas medis dan petugas Kesehatan di Kabupaten Batanghari di dominasi oleh perempuan. Jika di persentasikan antara petugas medis dan petugas kesehatan pria dan wanita, 35 berbanding 65 persen.

Meski didominasi petugas medis dan petugas kesehatan wanita, namun kompetensi dan pengalamannya tidak kalah dengan seorang laki-laki.

Dijelaskannya, sejak dikeluarkannya Undang-undang No.36/2014 tentang Tenaga Kesehatan, telah ditetapkan standar kompetensi petugas medis dan petugas kesehatan, baik itu profesi dokter, bidan, perawat dan petugas medis lainnya.

“Tidak peduli perempuan atau wanita, jika sudah menempuh pendidikan di bidang kesehatan harus memiliki kompetensi di bidangnya,” kata dr Elfi.

Di daerah itu, tenaga medis dan tenaga kesehatan, baik perempuan dan wanita memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing.

Baca juga: Jam malam di Kota Jambi tetap berlaku hingga pukul 21.00 WIB

Baca juga: Warga Sungaipenuh beriwayat perjalanan ke Malaysia positif COVID-19



Catatan sejarah

Pandemi COVID-19 tersebut menjadi catatan sejarah bagi masyarakat di dunia. Terutama bagi mereka yang berada di garda terdepan melakukan upaya pencegahan dan memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.

Bagi dr Elfi, pandemi ini akan menjadi catatan sejarah di hidupnya. Karena tidak ada yang pernah menyangka wabah COVID-19 ini akan terjadi. Selain menjadi catatan sejarah, wabah COVID-19 ini menjadi pelajaran berharga.

Banyak nilai-nilai kehidupan yang di ajarkan melalui wabah virus tersebut. Diantaranya, menghargai waktu saat bersama keluarga, menjaga kesehatan dan menjaga kebersihan lingkungan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

“Di satu sisi kita bersyukur dengan adanya wabah ini, karena begitu banyak nilai-nilai kehidupan yang diajarkan melalui wabah ini,” kata dr Elfi.

Meski demikian, Ia berharap agar wabah ini cepat berlalu dan tidak lagi memakan korban. Terlebih saat ini umat Muslim akan menjalani ibadah puasa di Ramadhan dengan penuh suka cita. Betapa tidak, bulan Ramadhan 1441 Hijriah ini akan dijalani dengan suasana yang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.*

Baca juga: PDP Rumah Sakit Abdul Manap positif, Dinkes lakukan tracking

Baca juga: Psikolog: Masyarakat butuh hiburan bukan panggung saling kritik

Pewarta: Muhammad Hanapi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020