"Perkembangannya untuk 'test kit' (perangkat tes) ini baik 'rapid test' (tes cepat) maupun PCR saat sini sedang uji validasi dengan Kementerian Kesehatan," kata Menristek Bambang PS Brodjonegoro dalam bincang yang ditayangkan secara langsung di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Erick: Sebanyak 50 ribu alat PCR COVID-19 diproduksi pekan kedua Mei
Baca juga: 50.000 alat uji PCR diproduksi akhir Mei 2020 guna deteksi COVID
Saat ini, telah diproduksi 10.000 perangkat tes cepat berbasis peptida sintesis yang sedang dalam proses uji validasi. Diharapkan, pada akhir bulan Mei 2020, sudah bisa memproduksi 50.000 perangkat tersebut untuk diedarkan dengan catatan uji validasi telah selesai.
Sementara, perangkat PCR sudah diproduksi 10 boks, masing-masing boks berisi 25 unit PCR. Jika uji validasi segera selesai, diharapkan pada akhir Mei atau di Juni 2020, sudah bisa memproduksi puluhan ribu untuk perangkat uji PCR.
Perangkat tes cepat berbasis peptida sintesis untuk tujuan tes skrining mendeteksi COVID-19 tidak 100 persen menggunakan bahan lokal. Bahan peptide sintesis masih diimpor, karena belum bisa diproduksi dalam negeri. Begitu juga reagen pada uji PCR masih diimpor.
"Pengembangan test kit ke depa, baik yang rapid test (tes cepat berbasis peptida sintesis) maupun PCR akan kita perbaiki terus, sehingga lebih sensitif terhadap virus yang transmisi lokal atau virus yang beredar di Indonesia," ujarnya.
Menristek mengatakan penerapan terapi plasma konvalesen untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19 akan diperbanyak di rumah sakit-rumah sakit.
Baca juga: Menristek: 50.000 alat tes COVID-19 non PCR akan diproduksi Juni 2020
Baca juga: Alat uji PCR COVID-19 buatan Indonesia siap diproduksi
"Plasma konvalesen ini berasal dari plasma yang diambil dari darah pasien COVID-19 yang sembuh. Kemudian plasmanya yang dipakai untuk pasien yang sedang sakit," tuturnya.
Saat ini terapi plasma konvalesen sedang diterapkan di beberapa rumah sakit termasuk Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. "Kita akan perbanyak di rumah sakit-rumah sakit, baik di Jakarta maupun di luar Jakarta," tutur Bambang.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020