Anies mengatakan peningkatan tersebut di Jakarta terjadi secara signifikan dari sekitar 40 persen menjadi 60 persen.
"Angka tersebut, di antara seluruh provinsi di Jawa, lompatan di Jakarta paling tinggi. Artinya apa? Artinya ada keseriusan warga di Jakarta untuk menangkis penularan dengan cara berada di rumah. Dan ini adalah satu kerja kolektif yang nanti akan kita lihat dampaknya," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Selasa.
Anies mengatakan hal ini karena di DKI Jakarta begitu kasus COVID-19 mulai merebak di pertengahan Maret, pemprov langsung mengambil langkah untuk menutup sekolah dan belajar di rumah.
Selain itu menganjurkan kerja di rumah, menutup semua tempat-tempat hiburan, penutupan kegiatan umum seperti "car free day" (CFD) serta fasilitas-fasilitas umum.
Baca juga: Anies kembali perpanjang PSBB hingga 4 Juni
Baca juga: Anies minta warga disiplin dalam PSBB periode penghabisan Kemudian, kata Anies, tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) menggunakan data telepon seluler untuk melihat pergerakan masyarakat di Jakarta selama pembatasan pergerakan diberlakukan.
Data menunjukkan bahwa mulai awal pertengahan Maret, terjadi peningkatan orang yang berada di rumah saja. "Bahkan di Jakarta hampir 60 persen dari warga Jakarta itu berada di rumah saja," kata Anies.
Anies menegaskan, makin banyak jumlah masyarakat yang berada di rumah, maka dalam dua pekan kemudian bisa diprediksi bahwa kasusnya akan menurun. Sebaliknya jika yang berada di luar semakin banyak.
"Jadi makin banyak orang berada di rumah, makin kecil penularan. Sebaliknya, makin banyak orang di luar rumah maka makin tinggi penularan," tutur Anies.
Data terakhir di Jakarta per Selasa ini, secara total ada 6.053 kasus positif, di antaranya ada 1.936 yang dirawat. Kemudian ada 1.417 pasien sembuh, 487 pasien meninggal dan 2.213 yang diisolasi mandiri.
Kemudian Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di DKI Jakarta total ada 7.899, mereka yang masih dirawat adalah 7 persen, yaitu 585 pasien dan yang pulang sehat sudah 7.314 atau 93 persen. Adapun Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Jakarta jumlahnya adalah 21 ribu, 228 atau satu persen diantaranya dalam proses pemantauan, sementara 21.515 orang atau 99 persen selesai pemantauan.
Baca juga: Baznas/Baziz DKI salurkan bantuan Rp17 miliar untuk KSBB
Baca juga: Mudik virtual
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020