"New normal pada intinya kontribusi dari Kemristek diarahkan pada optimalisasi teknologi digital," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu.
Bagaimanapun, dalam kondisi normal baru, akan sangat berkurang pertemuan atau kontak langsung untuk kegiatan ekonomi dan masyarakat.
Baca juga: Menristek luncurkan produk COVID-19, LaNyalla: Pantau sebarannya
"Dalam new normal di mana 'society' (masyarakat) dan kegiatan ekonomi itu akan 'less contact' tidak terlalu banyak kontak maka otomatis teknologi digital akan sangat diperlukan," tuturnya.
Oleh karena itu, Bambang menuturkan ke depan optimalisasi teknologi digital akan menjadi prioritas dari riset dan pengembangan yang akan dilakukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek).
Selain itu, karena akan tetap mengadopsi protokol COVID-19 yang ketat dan disiplin, maka proses skrining dan diagnosis menjadi penting.
Baca juga: Alat rapid test COVID-19 masih uji validasi di Jawa Tengah
Untuk itu, Menristek Bambang mengatakan perangkat untuk skrining dan diagnosis baik itu tes cepat dan diagnosis harus dikembangkan untuk kinerja makin cepat dan akurat.
Konsorsium riset dan inovasi COVID-19 juga akan terus mengembangkan cara agar barang atau material bisa disemprot disinfektan atau disterilkan secara teratur sehingga paparan terhadap virus juga bisa diminimalkan.
Sterilisasi itu penting untuk mematikan virus SARS-CoV-2 yang melekat di benda-benda mati.
"Teknologi atau mekanisme semacam mensterilkan atau disinfektan terhadap material atau barang tersebut juga akan menjadi salah satu agenda riset penting untuk menghadapi new normal," ujar Menristek Bambang.
***3**
Baca juga: Menristek dorong riset kehidupan normal baru
Baca juga: Menristek: Perguruan tinggi jangan terjebak ego keilmuan
Baca juga: Kemristek kucurkan Rp90 miliar danai riset-inovasi penanganan COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020