"Pancasila lebih sesuai dan cocok bagi bangsa Indonesia dari liberalisme/kapitalisme yang ekonominya dikuasai kaum pemilik modal karena Pancasila punya sila Keadilan Sosial," kata Basarah menjelang momentum Peringatan Hari Lahir Pancasila yang ke-75, di Jakarta, Jumat.
Baca juga: MPR: RUU HIP perkuat Pancasila sebagai ideologi bangsa
Baca juga: BPIP: Upacara Hari Lahir Pancasila digelar sesuai protokol COVID-19
Baca juga: Laku Pancasila di Tengah Wabah Corona
Pancasila, tegas dia, juga lebih cocok dan sesuai bagi bangsa Indonesia dari paham negara Khilafah ala ISIS yang tidak mengakui nasionalisme dan teritorial suatu negara bangsa karena dalam Pancasila memiliki sila Persatuan Indonesia.
Menurut Ketua DPP PDIP ini, sejak negara Indonesia didirikan pada tahun 1945 telah ditetapkan bahwa dasar negaranya adalah Pancasila.
Namun, kata Basarah, di Jakarta, Jumat, memahami eksistensi Negara Pancasila dan kedudukan hukum Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak dapat dilakukan jika tidak mengetahui dan memahami dengan benar sejarah pembahasan, perumusan dan pembentukan Pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri negara.
"Kita juga tidak akan memahami proses sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar negara tanpa memahami dengan utuh dan objektif, sejarah dan perkembangan pemikiran Bung Karno yang dalam fakta sejarahnya telah melakukan peranan penting sebagai asbabun nuzul, asbabul wurud, causa prima atau penyebab utama lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka," jelasnya.
Bung Karno, lanjut dia, berhasil menyintesiskan berbagai pandangan yang telah muncul dan orang pertama yang mengonseptualisasikan dasar negara itu ke dalam pengertian "dasar falsafah" (philosofische grondslag) dan "pandangan komprehensif dunia" (weltanschauung) secara sistematik, solid dan koheren.
Istilah Pancasila itu sendiri berasal dari Bung Karno setelah meminta pendapat seorang ahli bahasa.
"Tanpa mengikutsertakan Bung Karno dalam menjelaskan sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar negara sama saja dengan memutus rantai sejarah bangsa Indonesia," katanya.
Basarah membeberkan proses lahirnya Pancasila dalam tiga rumusan yakni rumusan Bung Karno lewat pidatonya pada 1 Juni 1945; rumusan oleh Panitia Sembilan yang diketuai Bung Karno dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945; dan rumusan final pada Pembukaan UUD 1945. Rumusan final disahkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang juga diketuai oleh Bung Karno pada tanggal 18 Agustus 1945.
Basarah mengatakan, dari ketiga dokumen otentik rumusan Pancasila tersebut, terlihat bahwa Bung Karno memiliki peran strategis dalam proses pembahasan dan perumusan Pancasila bersama para pemimpin bangsa Indonesia lainnya.
Lalu mengapa rumusan Pancasila itu diterima dengan aklamasi? Basarah mengutip pandangan Presiden RI kelima yang juga putri Soekarno, Megawati Soekarnoputri. Menurut Megawati, rumusan Pancasila diterima karena memang dirumuskan dengan berdasar akar sejarah dan budaya kuat yang dihidupi masyarakat Indonesia.
Basarah lalu mengungkapkan kisah Bung Karno saat berpidato di depan sidang PBB pada 30 September 1960, yang menyangkal pendapat Bertrand Russel, seorang filsuf Inggris, yang membagi dunia hanya ke dalam dua poros ideologi, yaitu liberalisme/kapitelisme dan komunisme.
Bung Karno kala itu mengatakan, Indonesia tidak dipimpin oleh kedua paham itu. Bung Karno menjelaskan Pancasila, yang sudah dihidupi oleh rakyat Indonesia selama 2.000 tahun peradaban Nusantara.
Bung Karno bahkan menegaskan Pancasila lebih tinggi dibanding 'Decalaration of Independence' yang menjadi dasar bagi liberalisme, maupun manifesto komunis.
Dengan demikian, kata Basarah, sejak awal para founding fathers sudah melihat bahwa Pancasila adalah ideologi yang lebih sesuai dengan falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020