Sebanyak 13 judul proposal dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta lolos pada program Pendanaan Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Tahap 1 dari Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemristek/BRIN).Kemristek/BRIN menganggarkan dana sebesar Rp60,899 miliar lebih untuk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 dan UNS memperoleh dana penelitian sebesar Rp2,342 miliar lebih.
Dalam Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Tahap 1, proposal penelitian dari UNS yang dinyatakan lolos pendanaan salah satunya adalah "Efektivitas Suplementasi Apium graveolens L pada kehamilan dalam upaya pencegahan COVID19" yang diketuai Ahmad Yunus, kata Rektor UNS Jamal Wiwoho di Solo, Minggu.
Selain itu, proposal berjudul "Portable Ventilator Universitas Sebelas Maret" yang diketuai Ubaidillah dan "Model Ideal Ketahanan Nasional Melalui RT dan RW Dalam Mengimplementasikan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid 19" yang diketuai Sunny Ummul Firdaus.
Baca juga: Kemristek harapkan penelitian multi institusi untuk vaksin COVID-19
Pada program tersebut, Jamal bersama dengan Pakar Matematika UNS Sutanto juga mengajukan proposal berjudul "Model Matematika 100 Hari Skenario Penyebaran Virus Corona di Indonesia dan Kajian Hukumnya".
"Judul ini juga lolos pendanaan. Pada proposal ini saya bicara 100 hari secara matematika penanganan COVID-19 itu dan aspek hukumnya dengan kolaborasi ahli matematika. Situasinya 100 hari apakah dengan sudah puncaknya turun," katanya.
Sementara itu, pada laman resmi ristekbrin.go.id/covid19/, Program Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 ditujukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia untuk melawan COVID-19 dalam bentuk produk dan pengkajian dengan menghasilkan inovasi.
Baca juga: Balitbangtan kawal produktivitas pangan di tengah wabah corona
Pada tahun ini, Kemristek/BRIN menganggarkan dana sebesar Rp60.899.405.715 untuk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. Dari anggaran tersebut, UNS memperoleh dana penelitian sebesar Rp2.342.778.337.
Terkait program tersebut, Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan ketika kasus COVID-19 merebak di awal Maret, langkah yang dilakukan oleh pemerintah adalah segera membentuk konsorsium tersebut, baik "bottom up" maupun "top down".
"Dari sisi 'Bottom up' dalam artian masing-masing perguruan tinggi maupun lembaga, mempunyai usulan aktivitas Litbangirap (penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan) yang terkait dengan COVID-19," katanya.
Baca juga: Pakar UGM dukung penelitian formula rempah-rempah penangkal COVID-19
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020