Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor NTT Ajhar Jowe kepada ANTARA di Kupang, Senin, mengatakan bahwa kemunculan pentolan eks HTI di Kupang menunjukkan bahwa mereka sudah mempunyai basis yang kuat.
Menurut Ajhar, salah satu strategis mereka lakukan jika mereka belum punya basis mereka diam dan tidak mau muncul di publik, namun ketika mereka sudah memiliki kekuatan atau basis maka mereka sudah berani menunjukkan diri mereka dengan cara apapun.
"Artinya hari ini Suryadi Koda (Pentolan HTI) diamankan oleh polisi dan terus dilakukan proses hukum, sudah jelas pengganti Suryadi Koda sudah ada," katanya.
Baca juga: NU dorong Kepolisian proses hukum Ketua HTI di NTT
Menurut Ajhar, itu cara-cara melalui kaderisasi mereka sehingga sampai kapanpun organisasi terlarang itu akan tetap ada di seluruh kota, termasuk juga di Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT itu.
Ia menduga saat ini sejumlah orang yang sudah direkrut masuk HTI sudah merelakan pentolan garis keras HTI di proses hukum, sehingga perlu diwaspadai munculnya tokoh.
Untuk itu, Ajharmengimbau, baik aparat keamanan dan pemerintah serta masyarakat di NTT tidak membaca hanya sampai di Suryadi dan istrinya saja.
"Kami mau sampaikan bahwa gerakan mereka kita jangan membaca secara lurus kita akan berhenti di situ, tetapi berbagai strategis mereka sudah didesain dengan berbagai cara, maka penahanan Suryadi Koda bukan menyelesaiakan HTI di NTT dan bukan 'ending' melemahkan sistim gerakan mereka," katanya.
Sebelum pergerakan organisasi terlarang ini semakin masif, katanya, maka diperlukan antisipasi secara baik oleh pihak-pihak yang berkompeten dan oleh badan intelijen daerah.
Baca juga: HTI di Kupang, tamparan keras bagi pemprov dan penegak hukum
GP Ansor NTT juga mengingatkan, walaupun HTI di NTT masih dalam kelompok kecil, tetapi organisasi itu mampu menggerakkan berbagai aktivitas sampai menyebarkannya melalui media sosial, media cetak, buletin serta melakukan rapat secara bebas secara virtual di tempat terbuka.
"Itu mereka menganggap sudah ada kekuatan basis serta gerakan mereka di NTT khusunya di Kota Kupang," katanya.
Ia pun mengharapkan agar penegak hukum, pemerintah serta warga NTT serta seluruh masyarakat di NTT mengantisipasi kemunculan kelompok ini lagi di NTT.
Sebab setelah munculkan Suryadi Koda dengan menyebarkan ideologi khilafah di NTT menimbulkan persepsi yang negatif bagi umat muslim di daerah itu yang terkenal dengan toleransinya.
"Di berbagai medsos ada beberapa pihak yang membuli agama islam dengan berbagai komentar yang tidak sehat. Sampai dengan berbagai ancaman terus beredar di semua kalangan," katanya.
"Lebih ngeri lagi di grup facebook viky Lerik. Kita memantau berbagai komentar menunjuk sikap rasa tidak suka dengan agama sangat terlihat, caci maki dan kata-kata yang tidak pantas dilontarkan. Sayangnya kokn ulahnya HTI tapi agama diseret ke berbagai komentar," katanya.
Ajhar mengatakan bahwa pemuda Ansor sejauh ini pun terus memantau gerakan mereka, namun kewenangannya terbatas, yakni hanya sebatas memantau dan memberikan rekomendasi kepada pihak penegak hukum.
Baca juga: Polisi tangkap suami istri penyebar ideologi khilafah di Kupang
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020