kondisi new normal pun belum tentu menjamin PMI akan kembali ke level ekspansif yaitu di atas 50
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menyebut kenaikan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Mei yang menjadi 28,6 naik dibandingkan April pada level 27,5 karena wacana tatanan normal baru atau new normal yang dicetuskan.
“Kenaikan PMI Mei sangat dipengaruhi oleh wacana new normal. Cukup jelas bahwa wacana new normal sangat ditunggu-tunggu pelaku usaha,” kata Shinta lewat pesan elektronik diterima di Jakarta, Kamis.
Shinta menyampaikan hal tersebut terjadi karena kontrol ketat terhadap pergerakan orang seperti yang terjadi dua bulan terakhir dinilai membuat produktivitas industri manufaktur terbatas.
Namun, lanjut Shinta, terkait kapan normal baru akan berlaku efektif, membuat pelaku industri masih menunggu untuk ekspansi usaha.
Baca juga: PMI Indonesia turun, Menperin: Manufaktur bergantung konsumsi domestik
Baca juga: Presiden ingatkan menteri untuk perhatikan kontraksi PMI manufaktur
“Pelaku industri manufaktur pun masih memproyeksikan kontraksi kinerja, bukan ekspansi kinerja manufaktur dalam jangka pendek, hingga ada kepastian yang lebih jelas kapan new normal bisa efektif berlaku,” ujar Shinta.
Selama tatanan normal baru masih menjadi wacana dan belum efektif diimplementasikan di lapangan, lanjut dia, PMI manufaktur Indonesia diprediksi belum akan bergerak terlalu jauh.
Shinta menambahkan pergerakan PMI juga diprediksi belum akan kembali ke level sebelum terjadinya pandemi, karena permintaan pasar yang belum menunjukkan adanya peningkatan baik nasional maupun global sejak Maret 2020.
“Karena itu, kondisi new normal pun belum tentu menjamin PMI akan kembali ke level ekspansif yaitu di atas 50, bila demand pasar belum menunjukkan perubahan atau peningkatan kepercayaan diri pasar untuk melakukan kegiatan ekonomi non-esensial,” pungkas Shinta.
Baca juga: Ini strategi Kemenperin dongkrak PMI manufaktur Indonesia
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020