"Pasti hambar. Sepak bola tanpa suporter ibarat sayur tanpa garam. Tapi mau gimana lagi, terlalu beresiko kalau pertandingan digelar dengan penonton," ujar Risky Pora seperti dilansir dari laman resmi klub di Jakarta, Sabtu.
Ia memahami kompetisi digelar tanpa penonton merupakan keputusan bijak yang mesti diambil. Pasalnya kesehatan dan keselamatan semua pihak harus menjadi prioritas utama.
Di satu sisi, ia juga mendorong agar federasi serta operator liga benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang ketat ketika tim berlatih maupun bertanding.
Baca juga: PSSI klaim semua klub sepakat Liga 1 dan 2 musim 2020 dilanjutkan
Baca juga: Pemain muda Barito Putera dukung regulasi pemain U-20 di Liga 1
"Intinya kita harus utamakan kesehatan dan keselamatan semua orang. Kalau memang lanjut, protokol kesehatannya harus disiapkan sedemikian rupa," kata dia.
"Minimal dalam seminggu harus ada beberapa kali tes kesehatan untuk memastikan bahwa benar-benar aman," ujarnya menambahkan.
Risky Pora sendiri belum mengetahui kapan manajemen akan mengumpulkan para pemain meski mulai ada titik terang soal kelanjutan kompetisi. Namun yang pasti, saat kembali dikumpulkan seluruh pemain harus dalam kondisi fit.
"Kita harus mempersiapkan diri dari sekarang. Minimal dari saya harus mempersiapkan diri dengan baik. Karena kalau menunggu tim, kita tidak tahu kapan akan kumpul, apakah sebulan lagi atau beberapa minggu lagi," katanya.
Baca juga: Barito Putera tak akan halangi pemain muda bermain di timnas
Baca juga: Bali United minta protokol kesehatan harus jadi prioritas utama
Baca juga: Borneo FC berencana kumpulkan pemain pada Juli
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020