Menurut dia, ide dan gagasan Empat Pilar MPR RI dicetuskan Ketua MPR RI periode 2009-2014, Taufik Kiemas sebagai tindak lanjut dari kepemimpinan Hidayat Nur Wahid sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009.
"Anugerah tersebut sejatinya bukanlah untuk sosok almarhum sendiri, melainkan untuk kepentingan bangsa Indonesia dalam merawat ingatan sejarah kolektif bangsa," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Ketua MPR: Nilai-nilai Pancasila harus ada dalam tindakan nyata
Hal itu dikatakan Bamsoet saat menghadiri Peringatan Bulan Bung Karno dan Mengenang Tujuh Tahun Wafatnya Taufik Kiemas, di Jakarta, Senin malam (8/6).
Empat Pilar MPR RI terdiri dari Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral serta alat pemersatu bangsa; Undang-Undang Dasar Negara Republik tahun 1945 sebagai landasan konstitusional; Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensus yang harus dijunjung tinggi; serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat pemersatu dalam untaian kemajemukan bangsa.
Bamsoet mengatakan gagasan kebangsaan almarhum Taufik Kiemas yang kemudian dibungkus dalam Empat Pilar MPR RI yang harus terus menerus disosialisasikan, merupakan senjata pamungkas bangsa Indonesia untuk tetap berdiri tegak dan berdaulat.
Dia menilai Empat Pilar MPR RI memastikan "api" proklamasi yang dinyalakan Bung Karno dan para pendiri bangsa Indonesia tetap berkobar, tidak mati tertiup angin globalisasi maupun badai serangan paham radikal maupun ideologi transnasional lainnya seperti komunisme, liberalisme, kapitalisme, fasisme, hingga anarkisme.
Bamsoet mengatakan lahirnya Empat Pilar MPR RI tidak terlepas dari kekaguman sosok Taufik Kiemas terhadap Bung Karno.
"Bung Karno sebagai proklamator yang memerdekakan dan menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Bung Karno tentu tak menginginkan jika di masa kini maupun nanti Indonesia malah terpecah belah. Atau lebih parahnya, hanya tinggal dalam kenangan sejarah," ujarnya.
Baca juga: Bamsoet: TNI penjaga kedaulatan ideologi Pancasila
Menurut dia, Taufik Kiemas sebelum menjadi menantu Bung Karno dengan mempersunting Megawati Soekarnoputri, sosok Taufik Kiemas sejak muda sudah menunjukan kekaguman yang besar terhadap Presiden Pertama RI tersebut.
"Tahun 1962 saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, beliau bergabung dengan organisasi kemahasiswaan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), yang berpatron pada PNI (Partai Nasional Indonesia) di bawah kepemimpinan Bung Karno," katanya.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengatakan, sebagai menantu sekaligus pengagum Bung Karno sejak kecil, almarhum Taufik Kiemas merasa memiliki tanggungjawab moral untuk senantiasa menjaga Indonesia yang diwariskan Bung Karno dan para "founding fathers".
Karena itu menurut dia, semua pihak sangat penting untuk terus melanjutkan semangat juang pengabdian terhadap bangsa dan negara, sebagaimana yang sudah ditunjukkan Bung Karno hingga Taufik Kiemas, salah satunya dengan menjaga dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Empat Pilar MPR RI.
"Kesetiaan dan kegigihan Taufik Kiemas terhadap Indonesia tidak perlu diragukan. Di tengah sakit yang dideritanya, beliau bahkan masih menyempatkan diri menghadiri peringatan Hari Lahir Pancasila di Kota Ende, Flores, 1 Juni 2013. Hingga akhirnya pada 8 Juni 2013 raga fisiknya tidak lagi bersama kita, namun semangat juang dan cintanya terhadap Indonesia masih akan terus menyelimuti kita," katanya.
Acara tahlilan virtual itu selain dihadiri para pimpinan MPR RI secara fisik seperti Ahmad Basarah, Zulkifli Hasan dan Jazilul Fawaid, juga hadir Ketua DPR RI Puan Maharani dan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri beserta keluarga besar.
Baca juga: MPR: Gotong royong jadi "senjata" hadapi pandemi
Baca juga: Bamsoet: Tindak tegas pelaku terorisme buat kondisi tidak kondusif
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2020