Tak ingin sekadar mengandalkan gaji sebagai aparatur sipil negara (ASN) di masa pandemi COVID-19, Darmono (43) memutar otak memanfaatkan keahliannya di dapur untuk berwirausaha.Kuncinya ya kreativitas, baik pemasaran maupun kualitas produk.
Pria berdarah Madura, Jawa Timur, itu awalnya memproduksi sambel dan iseng-iseng diberi merek e’Sambelin Cak Mono. Ayah dari Alvaro itu selama ini memang dikenal pintar membuat sambel yang lezat di kalangan teman-temannya.
Hingga setiap ada acara kumpul-kumpul, ASN di Kementerian Koperasi dan UKM itu selalu berinisiatif “ngulek” sambel sendiri menyiapkan nasi hangat, dan meski ditemani lauk seadanya biasanya teman-temannya tetap suka lantaran kelezatan sambal buatannya dianggap meningkatkan selera makan.
Baca juga: Warga Bapas Jakarta dibina kemampuan barista hingga pangkas rambut
Dari ide itulah, pria yang akrab disapa Mono itu kemudian iseng-iseng menawarkan dagangannya secara online kepada teman-temannya. Mulai dari teman sekantor sampai kemudian meluas hingga kenalannya di instansi lain.
Darmono mengatakan, sejak awal usahanya sekitar akhir tahun lalu, dirinya banyak memanfaatkan sarana media sosial untuk mempromosikan dan memasarkan produk sambel khasnya. "Alhamdulillah, animo konsumen tetap tinggi,” kata Darmono.
Setelah dari mulut ke mulut, pesanan sambel pun datang dari komunitas yang lain. "Kuncinya ya kreativitas, baik pemasaran maupun kualitas produk,” kata Darmono.
Baca juga: Kemenkop ajak pelaku UMKM terdampak COVID segera bangkit kembali
Karena itu, ia berinovasi dalam rasa sambel tak melulu sambel biasa tapi ada rasa teri, petai, tongkol, hingga cumi dikemas dalam botol cantik kemasan 150 ml. Dan ada pula dalam kemasan plastik flip yang higienis.
Harga yang dipatok berkisar Rp30 ribu sampai Rp35 ribu. Sedangkan untuk rasa cumi Rp45 ribu. "Bagi reseller mendapat diskon Rp5 ribu,” kata Darmono.
Kini seiring mulai banyak pesanan, ia mampu memproduksi sambel ratusan botol setiap hari. Pasarnya memang masih didominasi oleh pemesanan di wilayah Jabodetabek, namun pesanan juga mulai ada dari beberapa daerah di Indonesia. "Sudah mulai banyak juga pesanan dari luar Jakarta,” kata Darmono.
Baca juga: Pengusaha UMKM sektor makanan paling banyak minta relaksasi kredit
Bukan cuma sambel, Mono pun mengembangkan usahanya dengan membuat teri kacang yang digoreng kering dan diberi nama GoTerKa yang merupakan singkatan dari Goreng Teri Kacang. "Bila produk sambel eSambelin dikenal dengan super pedasnya, GoTerka diracik dengan rasa khas gurih dan renyah,” kata Cak Mono.
Inovasi produk GoTerKa ini kata Mono, penting untuk menyasar pasar kaum ibu dan karyawan perkantoran agar lebih mudah dan praktis dalam menyiapkan menu atau lauk.
"Apalagi, dengan keadaan seperti sekarang ini di mana kita lebih banyak ngantor membawa makanan sendiri dari rumah. Dan GoTerKa pas dan praktis sebagai pendamping menu makan siang,” kata Cak Mono.
GoTerKa terbuat dari teri Medan, kacang tanah, serta irisan bawang putih dan cabai merah. Mono menyediakan dua kemasan yang ditawarkan, yakni kemasan cup dengan berat 100 gram seharga Rp30 ribu dan kemasan botol dengan berat 250 gram Rp70 ribu.
"Saya mengolah sendiri bahan-bahan GoTerKa dengan sangat higienis, semua tetap tanpa bahan pengawet,” kata Cak Mono yang warga Kebun Jeruk, Jakarta Barat itu.
Meski terbilang baru, namun respons positif dirasakannya sudah mulai terlihat dari para konsumen. "Sudah banyak yang memesan GoTerka. Dan saya tetap memakai pola marketing online via Facebook, Instragram, dan media sosial lainnya. Saya juga memanfaatkan grup WA dan jaringan dari teman-teman kantor,” kata Cak Mono.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020