• Beranda
  • Berita
  • Cloud hingga AI diprediksi jadi tren pada fase normal baru

Cloud hingga AI diprediksi jadi tren pada fase normal baru

11 Juni 2020 19:37 WIB
Cloud hingga AI diprediksi jadi tren pada fase normal baru
Ilustrasi - Layanan komputasi awan (cloud). ANTARA/HO-IndonesiaCloud/pri.
Google Meet rilis tampilan dengan 16 peserta sekaligus dalam satu layar. (cloud.google.com)
Pasar teknologi mengalami masa transisi besar yang terjadi sekali setiap dekade, seperti penyediaan mobilitas di mana saja, hingga terjadinya migrasi ke aplikasi-aplikasi berbasis cloud.

Menurut Director Marketing & Business Development HPE Financial Services Asia Pacific and Japan, Doreen Voo, pengguna telah terbiasa dan beradaptasi dengan kemudahan teknologi yang semakin berkembang sejak bekerja dari rumah karena pandemi. Hal itu diperkirakan akan semakin menjadi tren menyusul dimulainya fase normal baru (new normal).

"Normal baru, kita akan kembali pada era pra-COVID. Kita juga telah terbiasa dengan teknologi baru seperti AI (kecerdasan buatan) hingga robotik," kata Voo melalui konferensi virtual, Kamis.

Baca juga: Aruba ESP, platform "cloud-native" pertama untuk "intelligent edge"

Baca juga: Tokocrypto 2.0 hadir dengan dukungan teknologi Binance Cloud


"Dan ide utama dari tren ini adalah tentang keberlangsungan, tentang bagaimana kita menjaga lingkungan serta mengadaptasi cara-cara baru yang ditawarkan teknologi," ujarnya melanjutkan.

Sementara, Director of System Engineering Asia Pacific and Japan Aurba, Mark Verbloot, setuju bahwa keberlangsungan (sustainbility) dalam teknologi juga semakin diperlukan. Saat ini, perusahaan tengah menyiapkan teknologi yang mampu berevolusi mengikuti tren sebuah masa.

"Platform seperti Aruba ESP berevolusi dengan waktu dan beradaptasi dengan teknologi sesuai masanya, sehingga pengguna bisa deploy ke ESP yang memang didesain buat beradaptasi dengan itu," ujarnya.

IoT, AI, dan Edge

Era analitik data dengan memanfaatkan IoT (internet of things), AI, dan otomatisasi yang didukung komputasi dan jaringan modern sudah mulai masuk dan berkembang.

Pemanfaatan ketiganya ialah untuk mendukung aplikasi-aplikasi jenis baru dan beban kerja yang semuanya didistribusikan di jaringan (edge).

Jika data yang berada di edge ditindaklanjuti dengan tepat, maka data ini dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi, meningkatkan pengalaman pengguna dan membantu mewujudkan pendapatan bisnis baru.

Baca juga: Nutanix tawarkan uji coba gratis layanan cloud saat WFH

Baca juga: Google Cloud Region Jakarta hadir tahun ini


Kunci untuk mengubah informasi penting real time menjadi tindakan yang bermanfaat adalah dengan menganalisa dan memproses data ini di titik asalnya – yaitu di edge - tempat orang, perangkat dan hal-hal lain (things) terkoneksi ke dunia digital.

Kemampuan untuk mengubah informasi penting menjadi tindakan berbasis data sangat dibutuhkan saat ini, ketika perusahaan, pekerja, dan jaringan korporat harus beradaptasi dengan kebutuhan bisnis dan tempat kerja yang senantiasa berubah dengan cepat.

Upaya memanfaatkan data tak terstruktur di edge membutuhkan pondasi jaringan yang mampu mentransmisikan data IoT sekaligus mengkorelasikan telemetri (kemampuan melakukan pengukuran dari jarak jauh) jaringan dengan cara di luar kemampuan manusia.

"Dengan analisa yang kontinyu terhadap informasi penting yang berasal dari jaringan, pengguna dan perangkat, platform seperti Aruba ESP mengubah informasi menjadi pengetahuan," kata Verbloot.

"Ini membantu perusahaan mengakselerasi proses transformasi mereka dan menjaga kontinuitas bisnis mereka dengan menyediakan sebuah platform cloud-native tunggal di lokasi perusahaan (on premise) atau di cloud," pungkasnya.

Baca juga: Huawei Cloud buka program kemitraan untuk mengatasi virus corona

Baca juga: Google beri akses gratis ke Stadia untuk dua bulan

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020