Ditundanya Olimpiade Tokyo, menurut Vidya, membuka peluang lebih besar bagi dia untuk meraih skor tertinggi.
“Aku enggak kecewa (Olimpiade) diundur karena kesempatan aku untuk latihan lebih banyak. Lalu peluang aku untuk mendapat skor terbaik juga besar, jadi ini menjadi kesempatan berharga,” kata Vidya usai berlatih di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Dua emas pijakan Vidya Rafika menuju Olimpiade Tokyo
Baca juga: Perbakin jaring atlet muda potensial lewat kejuaraan daring
Atlet berusia 19 tahun itu juga mengakui bahwa kemampuan dia masih belum maksimal saat ini dan masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi. Oleh karena itu, ia yakin waktu selama setahun cukup untuk meningkatkan kebolehannya dalam menembak.
Namun absennya turnamen di tahun ini, diakui Vidya, berpengaruh terhadap mental bertanding yang turun. Beruntung, pelatih selalu mempunyai cara untuk menyiasatinya agar para atlet bisa merasakan kondisi sama seperti saat bertanding.
Pelatih, menurut dia, sesekali selalu menggelar turnamen internal di antara atlet pelatnas yang dibuat hampir menyerupai kejuaraan internasional.
Vidya yang sudah menjadi atlet selama 10 tahun itu juga tak mengelak bahwa kondisi pandemi saat ini kerap membuatnya stres. Rutinitas yang hanya berkutat dengan latihan di pelatnas lalu pulang itu juga membuatnya jenuh.
“Sebenarnya bosan, jenuh, stres juga kadang-kadang. Tetapi kita sama coach suka main gim di sini (pelatnas), jadi kita tidak merasa jenuh dan pulang dengan rasa senang,” tuturnya.
“Sama bermain gim juga biar enggak bosan. Aku biasanya main PUBG,” ujarnya menambahkan.
Vidya menjadi petembak pertama Indonesia yang lolos ke Olimpiade Tokyo nomor 10 m Air Rifle Putri melalui babak kualifikasi pada Kejuaraan Menembak Asia di Qatar 2019.
Baca juga: Panpel Olimpiade Tokyo masih berusaha amankan penggunaan kampung atlet
Baca juga: Olimpiade Tokyo akan digelar sederhana
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020