Peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agung Budi Supangat mengatakan perlu penyiapan segera strategi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) berkelanjutan sebagai wujud adaptasi di masa normal baru saat menghadapi pandemi COVID-19.perlu ada adaptasi dalam pengelolaan DAS
"Era 'new normal' (normal baru) kita pakai sebagai momentum yang penting untuk kita lebih peduli lingkungan," kata Agung dari Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS Solo, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, dalam seminar virtual Teras Inovasi Bincang Seru Profesor "Pengelolaan DAS Dalam Mendukung Era New Normal", Jakarta, Rabu.
Agung mengatakan masa normal baru harus disikapi bijaksana artinya secara cepat mengatur strategi penyesuaian dalam pengelolaan DAS ke depan.
Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia sebagai pengelola sumber daya alam dapat membuat sumber daya alam memberikan manfaat yang berkelanjutan dalam rangka pembangunan sosial ekonomi.
"Perlu ada adaptasi dalam pengelolaan DAS, strategi dalam implementasi ini yang nanti akan menjadi pemikiran kita bersama bagaimana strategi yang paling tepat dalam mengimplementasikan teknologi pengelolaan DAS di lapangan," tutur Agung.
Baca juga: Peneliti: DAS berkelanjutan dukung masyarakat sehat di normal baru
Baca juga: Tingkatkan kualitas DAS Citarum 2021, PUPR akan anggarkan Rp618 miliar
Strategi itu diperlukan dalam mengantisipasi ancaman berbagai masalah DAS seperti bencana hidrometeorologi yang akan tetap ada.
"Oleh karena itu, manusia sebagai subjek atau pengelola DAS itu sendiri harus membuat strategi mungkin juga sama mungkin juga berbeda ke depan dalam menyikapi era pandemik COVID-19," ujarnya.
Agung menuturkan pengelolaan DAS harus tetap berjalan termasuk dalam kerangka mitigasi bencana.
Selama pandemi COVID-19 dimana terjadi pembatasan aktivitas manusia, maka dapat dirasakan polusi udara menurun dan polusi di beberapa perairan menurun sebagai dampak dari berkurangnya aktivitas industri melalui implementasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan karantina wilayah lokal.
"Secara umum ini menunjukkan kualitas lingkungan hidup mengalami perbaikan," ujarnya.
Baca juga: Pengembalian fungsi konservasi DAS solusi atasi banjir, sebut BNPB
Baca juga: Sampah terus mengalir ke Sungai Martapura di Banjarmasin
Namun, menurut dia, kualitas lingkungan yang membaik itu tidak akan bertahan lama jika tidak ada strategi cepat untuk pengelolaan DAS yang berkelanjutan ke depan dalam beradaptasi menghadapi normal baru.
"Memang pandemi COVID-19 yang tiga bulan ini belum begitu kelihatan, selain manusia sudah jelas terdampak, tapi terhadap tanah, air itu sangat sedikit sekali," tuturnya.
Di sisi lain selama pandemi COVID-19 juga terjadi masalah sampah plastik di mana warga banyak belanja sistem daring.
Baca juga: Kawasan hulu Sungai Citarum dihijaukan tahun ini
Baca juga: Perubahan lahan dan daya resap DAS Jabodetabek
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020