• Beranda
  • Berita
  • Akademisi: Mitigasi kekeringan perlu disiapkan jelang puncak kemarau

Akademisi: Mitigasi kekeringan perlu disiapkan jelang puncak kemarau

28 Juni 2020 19:55 WIB
Akademisi: Mitigasi kekeringan perlu disiapkan jelang puncak kemarau
Akademisi Unsoed Dr. Indra Permanajati. ANTARA/ Wuryanti PS

sekiranya memungkinkan mencari sumber-sumber mata air baru

Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Dr. Indra Permanajati mengingatkan perlunya menyiapkan mitigasi bencana kekeringan menjelang puncak musim kemarau guna mencegah krisis air bersih.

"Menjelang puncak musim kemarau maka perlu menyiapkan langkah-langkah penanganan terkait kemungkinan terjadinya bencana kekeringan dan krisis air bersih," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.

Anggota Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia tersebut menjelaskan bencana kekeringan selalu akan terjadi di musim kemarau terutama di daerah-daerah yang sulit mendapatkan cadangan air.

"Baik itu air permukaan ataupun air tanah namun daerah-daerah ini perlu mendapatkan perhatian terkait bencana kekeringan yang bisa terjadi," katanya.

Baca juga: Pakar: Perlu mitigasi perubahan iklim untuk antisipasi kekeringan
Baca juga: Antisipasi kekeringan, Kementerian PUPR optimalkan tampungan air


Koordinator Bidang Geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut juga menambahkan bahwa konsep penanganan bencana sekarang ini tidak difokuskan pada penanganan darurat tetapi perlu difokuskan pada pencegahan sejak awal.

"Pencegahan sejak awal akan sangat membantu dan mengurangi beban pada penanganan darurat saat terjadi bencana kekeringan," katanya.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah mendapatkan cadangan air sebanyak mungkin dan pengaturan distribusi air nantinya.

"Koordinasi sudah harus mulai dilaksanakan dari Pemerintahan Pusat sampai ke tingkat desa," katanya.

Baca juga: Antisipasi kemarau, Kementan alokasikan bantuan pompa dan sumur suntik
Baca juga: Antisipasi dampak kekeringan terhadap produksi pangan perlu diperkuat


Sementara itu, langkah yang harus segera dilakukan, kata dia, adalah identifikasi sumber-sumber air.

"Perlu diidentifikasi sumber-sumber mata air dan posisinya, sekiranya memungkinkan mencari sumber-sumber mata air baru. Kemudian sumber-sumber mata air itu akan dijadikan sebagai sumber air yang dapat didistribusikan ke daerah sekitar yang membutuhkan. Jadi identifikasi sumber mata air wajib dilakukan," katanya.

Dengan informasi mengenai keberadaan sumber-sumber mata air, tambah dia, maka masyarakat bisa datang untuk memanfaatkannya.

"Dengan demikian maka diharapkan upaya mitigasi bencana kekeringan akan berjalan dengan optimal," katanya.

Dengan strategi jangka pendek berdasarkan pemetaan wilayah kekeringan dan strategi jangka panjang, tambah dia, maka bencana kekeringan akan dapat dicegah seoptimal mungkin.
 
Baca juga: Ternate siapkan Danau Laguna jadi sumber air baku PDAM
Baca juga: Sumber air baku dari sungai Jakarta hanya empat persen

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020