Juru bicara Google, dikutip Reuters, Selasa, mengatakan lembaga nirlaba Tech Transparency Project masih menemukan iklan-iklan yang melanggar kebijakan mereka, dengan kata kunci antara lain "daftar untuk memilih", "memilih lewat email" dan "di mana letak TPS saya".
Baca juga: Google kembangkan fitur deteksi telepon spam
Baca juga: Google Photos baru dirilis pekan depan, simak perubahannya
Tech Transparency Project melaporkan hampir sepertiga dari lebih 600 iklan yang ditemukan di Google Search membawa pengguna ke situs-situs yang meminta bayaran untuk mengambil data pribadi, memasang ekstensi berbahaya di peramban atau memberikan iklan menyesatkan lainnya,
Google menyatakan mereka belum mengetahui bagaimana iklan tersebut bisa lolos karena mereka meninjau secara otomatis maupun manual.
"Kami memiliki kebijakan yang ketat untuk melindungi pengguna dari informasi palsu tentang prosedur pemungutan suara dan jika menemukan iklan yang melanggar kebijakan kami serta berbahaya untuk pengguna, kami menghapus dan memblokir pengiklan untuk memasang iklan serupa," kata Google.
Para penyelenggara platform media sosial diminta untuk mengatasi misinformasi menjelang Pemilu Presiden di Amerika Serikat pada November mendatang.
Baca juga: Google akan hapus riwayat lokasi pengguna setelah 18 bulan
Baca juga: Google Cloud Platform Region Jakarta arena UMKM berinovasi
Baca juga: Google perluas cek fakta ke pencarian gambar
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020