• Beranda
  • Berita
  • Musisi ucapkan belasungkawa atas meninggalnya Sapardi Djoko Damono

Musisi ucapkan belasungkawa atas meninggalnya Sapardi Djoko Damono

19 Juli 2020 14:49 WIB
Musisi ucapkan belasungkawa atas meninggalnya Sapardi Djoko Damono
Dokumentasi - Penyair Sapardi Djoko Damono membacakan puisi pada acara Malam Pembacaan Puisi Hari Santri 2017, Ketika Kyai-Nyai-Santri Berpuisi "Pesantren tanpa Tanda Titik", di Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta. ANTARA FOTO/Dodo Karundeng/kye.
Sejumlah musisi ikut memberikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya sastrawan Sapardi Djoko Damono, pada Minggu pagi.

Melalui akun Instagram pribadinya, solois Jason Ranti membagikan unggahan foto disertai keterangan yang ditujukan untuk Sapardi Djoko Damono.

Baca juga: Kata Velove Vexia, Sapardi Djoko Damono gaul

"Si bapak, berlayar ke surga di waktu pagi hari. Saya terima kasih buat banyak hal, buat karya-karyanya. Selamat jalan Pak Sapardi," tulis Jason Ranti dalam keterangan unggahannya, Minggu.

Seperti diketahui, Jason Ranti pernah membuat lagu berjudul "Lagunya Begini Nadanya Begitu" yang terinspirasi dari puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono.

Ucapan belasungkawa juga datang dari dua band asal Bali, yaitu Navicula dan Dialog Dini Hari yang masing-masing membagikan unggahan melalui akun Instagram resminya.

"Selamat jalan dan terimakasih Pak Sapardi," tulis Dialog Dini Hari.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono terbitkan novel ketiga trilogi "Hujan Bulan Juni"

Sementara itu, Navicula menuliskan keterangan unggahan dengan mengutip salah satu petikan karya puisi Sapardi Djoko Damono.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tidak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu," Navicula

Musisi asal Bali lainnya, Dewa Budjana juga ikut kehilangan atas meninggalnya tokoh sastra Indonesia itu.

Dewa Budjana bahkan mengungkapkan memiliki rencana kolaborasi dengan Sapardi Djoko Damono sebelum akhirnya wafat.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Selamat jalan Sastrawan Legenda kita Bapak Sapardi Djoko Damono. • Foto2 saya ambil dari akun IG beliau, rencananya 20 Maret lalu kami berkolaborasi dgn Mas Slamet Raharjo & Mas Nano Riantiarno, sesuai keinginan Pak Sapardi untuk melibatkan saya & @tohpati merespons karya beliau “Ditunggu Dogot”. • Dan rencana itu tertunda karena situasi pandemi ini, entah siapa yg ditunggu Dogot ini ?? saya jadi inget saat rapat dgn seluruh pengisi acara, mas Slamet raharjo berkomentar ...aku khawatir Mas Sapardi iki arep pamit, ternyata Pak Sapardi hanya melewati “Hujan di bulan juni” dan pergi selamanya di bulan juli. • RIP Sapardi Djoko Damono

Sebuah kiriman dibagikan oleh Dewa Budjana (@dewabudjana) pada


"Rencananya 20 Maret lalu kami berkolaborasi dengan Mas Slamet Raharjo & Mas Nano Riantiarno, sesuai keinginan Pak Sapardi untuk melibatkan saya & @tohpati merespons karya beliau 'Ditunggu Dogot'," tulis personel Gigi itu dalam keterangan unggahannya.

"Dan rencana itu tertunda karena situasi pandemi ini, entah siapa yang ditunggu Dogot ini? Saya jadi inget saat rapat dengan seluruh pengisi acara, mas Slamet raharjo berkomentar aku khawatir Mas Sapardi iki arep pamit, ternyata Pak Sapardi hanya melewati 'Hujan di bulan Juni' dan pergi selamanya di bulan Juli," tulis Budjana.

Sapardi Djoko Damono menghembuskan napas terakhirnya di Tangerang Selatan, Minggu pagi, di usia ke-80 tahun.

Sapardi merupakan sastrawan Indonesia yang aktif sejak tahun 1950an hingga kini. Tak hanya menulis sajak dan puisi, pria yang lahir pada 20 Maret 1940 itu juga memiliki karya tulis lain berupa esai dan cerita pendek.

Sejumlah puisi karya Sapardi pun mulai diapresiasi dan diangkat ke bentuk seni lainnya seperti dimusikalisasi, salah satu yang terkenal adalah "Hujan Bulan Juni" (1994).



Baca juga: Selamat jalan di Bulan Juli, Sapardi Djoko Damono

Baca juga: Sastrawan Sapardi Djoko Damono dimakamkan di Giri Tonjong Bogor

Baca juga: Sapardi Djoko Damono meninggal dunia

Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020