Kami melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan agar pemanfaatannya lestari
Pihak Taman Nasional (TN) Meru Betiri di Jawa Timur menjalankan pola kemitraan konservasi bersama masyarakat di 10 desa penyangga kawasan tersebut untuk pemulihan ekosistem hingga peningkatan ekonomi.
Kepala Balai Taman Nasional (TN) Meru Betiri Maman Surahman dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan kawasan konservasi di bawah pengelolaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tersebut memiliki potensi dan nilai penting karena merupakan penyangga kehidupan bagi masyarakat sekitarnya.
Kegiatan yang mereka lakukan dalam rangka mendongkrak perekonomian masyarakat yaitu menjalankan program Pemulihan Ekosistem berbasis masyarakat melalui Kemitraan Konservasi seluas 1.000 hektare (ha).
Baca juga: Meru Betiri akan dipasang puluhan video pemantau harimau Jawa
Penghasilan masyarakat juga berasal dari akses pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu di zona tradisional bagi 4 kelompok masyarakat sebanyak 112 orang, dan akses pemanfaatan wisata di zona pemanfaatan bagi masyarakat setempat melalui pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam.
"Kami melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan agar pemanfaatannya lestari dan sesuai dengan strategi konservasi," kata Maman.
Pihak TN Meru Betiri, menurut dia, juga melakukan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dan penguatan kelembagaan.
Baca juga: Kadishut Jatim sebut ada maling di kasus hilangnya belasan sonokeling
Selain itu, melakukan pemgembangan usaha ekonomi produktif berbasis masyarakat melalui kelompok binaan yang memproduksi minuman herbal corina, batik kehati pewarna alami Meru Betiri, es krim durian, budi daya jamur, ternak kambing etawa, budi daya ayam buras dan budi daya lele.
Maman mengungkapkan laju kerusakan hutan yang terjadi di kawasan TN Meru Betiri merupakan masalah serius yang perlu terus dicari upaya penyelesaiannya.
Baca juga: Perlindungan 30 persen alam beri lima kali keuntungan ekonomi
Dari data opened area terdapat kawasan yang terdeforestrasi sekitar 6,5 persen atau seluas 3.382 ha dari keseluruhan luas areal konservasi tersebut seluas 52.626,04 ha.
Kondisi itu, menurut dia, akibat dari kegiatan illegal logging atau penjarahan hutan maupun perambahan.
"Berbagai upaya untuk mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan, telah dilakukan baik melalui upaya sosialisasi, penyadaran, patroli rutin, hingga melalui upaya peningkatan ekonomi masyarakat," katanya.
Baca juga: Dua anak harimau benggala tambah koleksi Taman Satwa Semarang
Camat Tempurejo Akbar Winansis dalam kegiatan Sosialisasi dan Dekrlarasi Bersama Masyarakat Andong Rejo-Curah Nongko dalam rangka Pelestarian Kawasan Hutan TN Meru Betiri di Kantor Balai Desa Andongrejo, Jember, Jumat (17/7), mengatakan hutan adalah penyangga kehidupan mereka. Karenanya dari sosialisasi itu mereka bersepakat untuk menyetop pembalakan liar hingga terwujud hutan lestari demi kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, perwakilan tokoh masyarakat H Karimullah menyatakan dukungannya. Dirinya berpendapat kerusakan kondisi hutan harus ditangani bersama-sama secara sinergis.
Program-program yang mendukung hijaunya kembali hutan dan terjaminnya perekonomiaan masyarakat perlu dilanjutkan.
"Jadi penting untuk menumbuhkan kesadaran dan tetap mengawal perekonomian masyarakat," ujar dia.
Baca juga: Seekor tapir terjerat di Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020