Masyarakat Bali mengedepankan kearifan lokal dalam mendisiplinkan masyarakat, yakni dengan mengandalkan hukum adat yang dikenal Pararem Gering COVID-19.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan ketaatan masyarakat Bali menjalankan protokol kesehatan di berbagai aktivitas kehidupan menjadi kunci sukses pemulihan ekonomi dan menekan penyebaran COVID-19 di wilayah tersebut.
Dia mengapresiasi ketaatan masyarakat Bali menjalankan protokol kesehatan di berbagai aktivitas kehidupan, mulai dari tingkat desa dengan diawasi langsung Kepala Desa dan para pecalang.
"Masyarakat Bali mengedepankan kearifan lokal dalam mendisiplinkan masyarakat, yakni dengan mengandalkan hukum adat yang dikenal Pararem Gering COVID-19," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Bamsoet minta pemandu edukasi turis jalankan protokol kesehatan
Hal itu dikatakan Bamsoet usai berbincang santai dengan para pecalang Desa Jimbaran, Bali, Sabtu (1/8).
Dia mengatakan selain mewajibkan protokol kesehatan berupa penggunaan masker dan jaga jarak, warga juga wajib mendapatkan izin dari kepala desa jika ingin pergi ke luar desa.
Menurut dia, bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi sosial seperti membayar beras 5 kilogram, menyapu jalan, hingga membersihkan fasilitas publik.
"Para pecalang menjadi garda terdepan dalam mengawasi sekaligus mendisiplinkan masyarakat sehingga berjalan efektif dan efisien," ujarnya.
Baca juga: Bali jadi destinasi wisata terbaik dunia pilihan wisatawan
Dia menilai membangkitkan ekonomi Bali harus dimulai dengan mendisiplinkan masyarakat bahkan jika perlu para pecalang mendatangi langsung hotel dan villa yang berada di berbagai desa.
Langkah itu menurut dia, untuk memastikan manajemen hotel turut memberikan edukasi kepada para turis tentang pentingnya menjalankan protokol kesehatan.
"Jika masyarakatnya disiplin, para turis pun akan segan jika tak disiplin menjalankan protokol kesehatan, ini yang dinamakan gotong royong membangun Bali. Saling disiplin satu sama lain," katanya.
Selain itu, saat berbincang dengan para pecalang, Bamsoet mengaku mendapatkan banyak cerita, misalnya sebelum pandemi COVID-19, biasanya per-bulan bisa mendapatkan pemasukan Rp4-5 juta dengan bekerja sambilan sebagai sopir yang mengantarkan turis berwisata.
Baca juga: Menparekraf apresiasi Bali siap sambut wisatawan kembali
Namun menurut dia, sejak pandemi, dimulai pada Februari 2020 yang ditandai dengan pencabutan bebas visa turis asal Tiongkok dan puncaknya pada Maret 2020 Bali menutup seluruh penerbangan internasional, pendapatan masyarakat Bali pun turun drastis.
"Pariwisata terhenti, pemasukan pun terhenti. Praktis mereka hanya mengandalkan tabungan bahkan sampai harus bercocok tanam di lahan rumah untuk memenuhi kebutuhan makan. Saat ini Bali bersiap bangkit, dukungan dan gotong royong seluruh elemen bangsa dibutuhkan," katanya.
Dia meminta para pecalang tetap gigih menjalankan pengabdian dalam mendisiplinkan masyarakat menjalankan protokol kesehatan karena kedisiplinan yang membuat dunia akan memberikan penilaian bagus terhadap Bali.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020