"Selama ini IPB mengikuti pemeringkatan di lembaga yang menjadi indikator kinerja perguruan tinggi yang diakui oleh Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Dodik melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dodik mengatakan kriteria dan indikator yang diikuti IPB berasal dari QS dan THE, serta Klasterisasi Perguruan Tinggi Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan UI-Greenmetrics yang menetapkan peringkat perguruan tinggi berdasarkan indikator keberlanjutan.
Baca juga: Universitas Brawijaya tiga terbaik Indonesia versi Webometrics 2020
Berdasarkan pemeringkatan keempat lembaga tersebut, peringkat IPB sangat baik dan secara konsisten cenderung meningkat selama tiga tahun terakhir, yaitu 2017 hingga 2020.
"Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan terkait pemeringkatan perguruan tinggi, selain keempat versi lembaga pemeringkatan tersebut, ada beberapa versi lain yang kadang-kadang juga dirilis media, seperti Webometrics yang baru mengeluarkan pemeringkatan versi beta pada Juli 2020," tuturnya.
Pada pemeringkatan QS WUR berdasarkan subjek pertanian dan kehutanan, IPB berada pada peringkat 59 dunia dan 10 Asia. Sedangkan secara keseluruhan, IPB mendapatkan peringkat 536 dunia, dari sebelumnya peringkat 750 pada 2017.
Berdasarkan THE Impact, peringkat IPB melompat dari 250 dunia pada 2019 menjadi peringkat 77 dunia pada 2020. IPB juga disebut secara khusus saat pengumuman THE Impact karena berada pada peringkat 11 dunia untuk kategori Tujuan Kedua Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's), yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
Baca juga: UI perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Webometrics 2020
"Berdasarkan pemeringkatan klasterisasi perguruan tinggi Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, IPB berada pada peringkat tiga nasional. Sedangkan pada pemeringkatan berdasarkan indikator berkelanjutan UI-Greenmetrics, IPB berada pada peringkat dua nasional dan 40 dunia," kata Dodik.
Peringkat yang kurang memuaskan didapatkan dalam pemeringkatan webometrics, lembaga riset asal Spanyol yang membuat pemeringkatan perguruan tinggi berdasarkan kriteria berbasis internet, yaitu presence, impact, openess, dan excellent.
Berdasarkan kriteria presence, impact, dan excellent, IPB mendapatkan penilaian yang cukup baik. Bahkan berdasarkan kriteria presence, IPB mendapatkan peringkat 133 dunia dan dua nasional.
"Namun, IPB dianggap tidak memenuhi kriteria openess karena salah satu unit kerja di IPB ternyata memiliki akun di Google Scholar, yang tidak diperbolehkan oleh Webometrics dan otomatis dikenakan penalti berupa nilai nol. Hal itu akhirnya mempengaruhi peringkat secara keseluruhan yang merosot menjadi peringkat 13 nasional dari sebelumnya peringkat empat nasional," jelasnya.
Dodik mengatakan Webometrics adalah lembaga riset yang sering melakukan perubahan kriteria pemeringkatan tanpa pemberitahuan, yang memang tidak ada kewajiban bagi mereka untuk mengeluarkan pemberitahuan.
Hal itu membuat perguruan tinggi kesulitan untuk mengantisipasi dan menyesuaikan dengan kriteria pemeringkatan terbaru Webometrics.
"Pimpinan IPB akan mencoba berkomunikasi dengan Webometrics dan Google agar persoalan akun Google Scholar dari salah satu uni kerja di IPB dapat dipertimbangkan untuk dikeluarkan dari indikator pemeringkatan," katanya.
Dodik mengatakan penelusuran terhadap Google Scholar ditemukan bahwa alamat surat elektronik yang digunakan untuk membuat akun adalah akun lama yang tidak diketahui lagi pemiliknya dan diperkirakan dibuat sebelum 2012.
Baca juga: Kementan gandeng IPB kembangkan diversifikasi pangan lokal
Baca juga: Guru Besar IPB ungkap penyebab minim inovasi sektor kelautan
Baca juga: Dewan Guru Besar IPB optimistis terhadap industri berbasis sagu
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020