• Beranda
  • Berita
  • Praktisi: Memupuk cinta negara tidak harus dengan pendidikan militer

Praktisi: Memupuk cinta negara tidak harus dengan pendidikan militer

20 Agustus 2020 14:34 WIB
Praktisi: Memupuk cinta negara tidak harus dengan pendidikan militer
Ilustrasi - Calon prajurit TNI AL mengucapkan syukur usai mengikuti Sidang Komisi Penentuan Akhir (Pantukhir) Pusat seleksi penerimaan calon Bintara (Caba) dan Tamtama (Catam) Prajurit Karier TNI AL di Mako Koarmada, Kota Sorong, Papua Barat. ANTARA FOTO/Olha Mulalinda/wsj.
Praktisi Pendidikan Karakter Universitas Multimedia Nusantara, Doni Koesoema mengemukakan untuk memupuk cinta Tanah Air bagi mahasiswa tidak harus dengan pendidikan militer.

Menurut Doni Koesoema, program pendidikan militer yang rencananya diterapkan kepada para mahasiswa di perguruan tinggi bukan kebutuhan mendesak mengingat saat ini dunia dalam situasi damai.

Baca juga: FPKS: Bela negara dibutuhkan tapi bukan berbentuk pendidikan militer

Baca juga: Puluhan mahasiswa di Lampung ikut pendidikan dasar militer


"Kita sekarang hidup di zaman damai, bukan lagi zaman perang. Kita dapat membangun perdamaian antara negara menjadi penengah dalam konflik, mengembangkan budaya dan melindungi tradisi sebagai bagian dari cinta Tanah Air tanpa terkait urusan militer," kata Doni Koesoema di Jakarta, Kamis.

Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pendidikan sedang menggodok aturan agar para mahasiswa bisa mengikuti Program Bela Negara, salah satunya dengan memasukkan pendidikan militer dalam Sistem Kredit Semester (SKS) perkuliahan.

Program itu ditujukan untuk pengembangan sumber daya manusia terkhusus generasi muda, sehingga mereka diharapkan memiliki rasa cinta terhadap Tanah Air.

Lebih lanjut, Doni Koesoema menjelaskan apabila model pendidikannya nanti dengan memberikan ruang kepada militer untuk datang mengajar di kampus, artinya itu sama seperti mata kuliah lain yang tidak ada latihan baris-berbaris.

"Kalau seperti itu malah tidak berguna, karena sudah terwakili oleh mata kuliah Pancasila. Jika pendidikan militer dalam arti pengajaran tentang ke-Indonesia-an, militer bukan porsinya mengajar di kampus karena sudah ada pendidikan pancasila yang wajib dipelajari dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi," tambahnya.

Baca juga: Akademisi: Perkuat peran keluarga dalam pendidikan karakter

Baca juga: Penguatan karakter anak tantangan pada era digital, sebut akademisi


Pemerintah Indonesia diminta tidak perlu mengikuti kebijakan negara lain yang memiliki peraturan wajib militer, seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, maupun Italia dalam upaya menumbuhkan kesadaran dan rasa cinta rakyatnya terhadap negara.

Skema yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan rasa nasionalisme generasi muda dengan melalui pendekatan budaya, seni, bahasa maupun ilmu pengetahuan, karena Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman tinggi.

"Untuk memupuk cinta terhadap negara tidak harus dengan militer. Kita tidak perlu belajar dari negara lain. Kita hanya perlu belajar dari pengalaman kita sendiri dimana Indonesia tanpa militerisme bisa maju dan berkembang," kata Doni.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020